Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar: Sentimen The Fed Bayangi Rupiah

Bisnis.com, JAKARTA-Kenaikan BI Rate sebesar 25 basis poin ternyata belum mampu meredam pelemahan rupiah karena besarnya sentimen global jelang pertemuan the Fed pada pekan depan. Berdasarkan Bloomberg Dollar Index, rupiah kemarin melanjutkan depresiasi

Bisnis.com, JAKARTA-Kenaikan BI Rate sebesar 25 basis poin ternyata belum mampu meredam pelemahan rupiah karena besarnya sentimen global jelang pertemuan the Fed pada pekan depan.
 
Berdasarkan Bloomberg Dollar Index, rupiah kemarin melanjutkan depresiasi terhadap dolar AS dengan penurunan 0,04% ke posisi Rp11.350 per dolar AS.

Pada awal perdagangan rupiah sempat menguat ke level Rp11.137 tetapi kembali terdepresiasi ke level Rp11.523 setelah pengumuman BI Rate.

Adapun BI menetapkan nilai tengah rupiah Rp11.494 atau melemah tipis dari sehari sebelumnya Rp11.438.

Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan depresiasi rupiah terjadi karena pengaruh faktor luar yang tak bisa dikendalikan oleh otoritas dalam negeri.

"Enggak serta merata langsung menguatkan rupiah karena ada faktor besar lain. Ada the Fed minggu depan. Harusnya sih [kenaikan BI Rate] ini positif," kata Ariston.

Rencananya the Fed akan menggelar pertemuan terkait keputusan pengurangan stimulus moneter terhadap perekonomian AS (tapering) pada 17-18 September.

Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia Lana Soelistianingsih menilai momen pertemuan the Fed tersebut merupakan saat yang kritis bagi rupiah dan mata uang global lain.

Terkait kenaikan BI Rate, Ariston menilai kebijakan tersebut tetap akan berdampak pada pergerakan rupiah.

"Ini bisa memperkuat rupiah tetapi pastinya ada faktor bauran lain yang ikut mempengaruhi," jelasnya.

Menurutnya, kenaikan BI Rate merupakan salah satu strategi BI untuk menekan importasi guna memulihkan neraca perdagangan yang belakangan menjadi sorotan pasar dan dianggap menjadi biang keladi melemahnya rupiah.

Sejauh ini, dia menilai apaya yang telah dilakukan BI sudah tepat karena BI memang harus menyiapkan benteng untuk menghadapi hasil keputusan the Fed minggu depan.

"Mudah-mudahan [tapering] enggak agresif, kalau agresif tekanan masih berlanjut dan pasar masih enggan masuk emerging market. Untuk itu, data-data ekonomi Indonesia harus membaik," paparnya.

Dalam waktu dekat ini, Ariston memprediksi nilai rupiah masih melemah dengan kisaran Rp11.100-Rp11.800 per dolar AS. (ra)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper