Bisnis.com, JAKARTA - Nurul Umiati terdengar kebingungan saatmenghubungi anaknya yang banyak membaca soal kondisi ekonomi dan bisnis terbaru.
“Menurut kamu, apa mama mending beli emas sekarang? Kata teman mama, harga emas sekarang lagi naik,” ujarnya lewat sambungan telepon kepada anaknya.
Pergerakan Harga (gram) Emas Antam Senin—Jumat 2—6 September 2013
Hari | Harga jual | Buyback |
Senin | Rp511.600—Rp551.000 | Rp481.000 |
Selasa | Rp515.600—Rp555.000 | Rp485.000 |
Rabu | Rp523.600—Rp563.000 | Rp498.000 |
Kamis | Rp519.600—Rp559.000 | Rp495.000 |
Jumat | Rp510.600—Rp550.000 | Rp486.000 |
Sumber: Antam
Ket: Harga jual untuk emas ukuran 1-500 gram
Setelah berdiskusi, Nurul akhirnya memutuskan untuk menahan uangnya sementara ini. Nurul mengatakan dirinya tertarik membeli emas karena menganggapnya sebagai investasi jangka panjang, dengan harga yang stabil.
Dia bisa menggunakannya untuk pelbagai keperluan seperti umroh sekeluarga maupun biaya pendidikan anak bungsunya.
Hanya saja, fluktuasi harga emas sepanjang tahun ini kerap membuatnya gamang, karena sempat jatuh beberapa bulan lalu.
Sekarang malah mulai merangkak naik. Kegamangan yang dialami Nurul kemungkinan juga dialami oleh mereka yang tengah mempertimbangkan instrumen investasi apa yang seharusnya dibeli saat rupiah tengah terpuruk, dan apakah emas masih menjadi salah satu safe haven.
Mohammad Teguh, perencana keuangan dari QM Financial, menilai meskipun saat ini harga emas tengah merangkak naik, sekarang bukan waktu yang tepat untuk memborong logam mulia tersebut.
“Logika dalam berinvestasi adalah, ketika harga naik, waktunya jual, ketika harga turun, waktunya beli. Hal yang sama juga berlaku untuk logam mulia seperti emas,” jelasnya.
Lagipula, dia menambahkan, kenaikan harga emas kali ini bukan disebabkan oleh faktor fundamental, melainkan hanya karena masalah nilai tukar.
Standar harga emas masih menggunakan mata uang dolar AS, sedangkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang tersebut tengah terdepresiasi.
Jual untuk Investasi
Dia justru menyarankan bagi mereka yang mempunyai simpanan dolar AS atau emas, untuk menjualnya sebagian dan kemudian membelinya untuk instrument investasi.
Ini seperti reksadana saham atau campuran, yang harganya sedang murah dengan asumsi rupiah akan membaik dalam beberapa bulan mendatang.
Sementara itu, Manuel Maelaki, perencana keuangan dari keluargacerdas.com, justru punya pendapat yang berbeda.
Menurutnya, sekarang sah-sah saja jika para investor ingin membeli emas, sebab masih ada sentimen-sentimen yang akan mendongkrak permintaan akan logam mulia itu.
“Emas bukan sumber daya alam yang bisa diperbarui, stoknya terbatas. Sementara permintaan terus ada seiring meningkatnya kelas menengah, kenaikan daya beli, sampai momen-momen
pendongkrak seperti tahun baru,” tuturnya.
Logam mulia ini, lanjutnya, memiliki nilai asuransi minimal sebagai alokasi penyimpanan aset untuk sementara. Tentu saja mereka yang menempatkan uangnya dalam bentuk emas tidak bisa berharap akan keuntungan jangka pendek.
Hal itu dikarenakan logam mulia ini masuk kategori investasi jangka panjang seperti properti. Bagaimanapun, keputusan untuk memilih maupun tidak berinvestasi emas di saat rupiah melemah dan pergerakan saham kurang positif seperti saat ini, kembali pada kebutuhan dan kemampuan masing-masing investor.