Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas di Comex New York Naik 1,8% Jadi US$1.399,90

Bisnis.com, JAKARTA – Emas melonjak ke posisi tertinggi dalam 11 minggu,  US$1.400 per ounce dalam perdagangan spot, karena penjualan rumah baru AS turun lebih dari perkiraan, mendorong spekulasi bahwa Federal Reserve akan mempertahankan stimulus

Bisnis.com, JAKARTA – Emas melonjak ke posisi tertinggi dalam 11 minggu,  US$1.400 per ounce dalam perdagangan spot, karena penjualan rumah baru AS turun lebih dari perkiraan, mendorong spekulasi bahwa Federal Reserve akan mempertahankan stimulus ekonomi.

Penjualan rumah baru yang dibangun pada  Juli merosot lebih dari 13%, terbesar dalam   tiga tahun lebih, data pemerintah menunjukkan hari ini, Jumat (23/8/2013). Diperkirakan  hanya 394.000  unit dibandingkan dengan penurunan tahun lalu  487.000, perkiraan analis dalam survei Bloomberg.

Para pembuat kebijakan Fed mengatakan mereka "memperluas kenyamanan" dalam pembelian  utang kembali  jika ekonomi menguat.

"Data baru penjualan rumah memberitahu kita bahwa semua ekonomi tidak baik, dan The Fed perlu untuk terus mendukung pertumbuhan," Tom Power, broker komoditas senior di RJ O'Brien & Associates di Chicago, mengatakan dalam sebuah wawancara telepon. "Pemulihan perumahan merupakan hal penting bahwa Fed akan melihat ketika membuat keputusan pada waktu yang lentik."

Emas untuk pengiriman segera naik 1,5%  menjadi US$1.396,30 pada 15:55 waktu New York. Sebelumnya, harga mencapai $ 1.400,38, tertinggi sejak 7 Juni.

Di Comex New York, emas berjangka untuk pengiriman Desember mencapai US$ 1.399,90 setelah menetap di US$1.395.80, naik 1,8%.

Permintaan Asia

Minggu ini, di bursa berjangka naik 1,8%, kenaikan ketiga berturut-turut, sebagian dari tanda-tanda bahwa permintaan untuk perhiasan, bar dan koin meningkat di Asia. World Gold Council memperkirakan  penjualan akan mencapai  1.000  ton tahun ini di China dan India, pembeli terbesar di dunia.

Namun, emas di pasar berjangka telah turun 17%  tahun ini, memasuki bear market pada  April, karena beberapa investor kehilangan kepercayaan dalam logam di tengah reli ekuitas dan suku bunga rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper