Bisnis.com, JAKARTA--Henan Putihrai Analytics memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Jumat (23/8/2013) bergerak di kisaran 4.072-4.242.
Indeks bursa saham acuan Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Kamis (22/8/2013), dengan saham-saham emiten yang terdaftar di Nasdaq kembali diperdagangkan setelah lebih dari tiga jam harus terhenti disebabkan oleh permasalahan teknis.
Di sisi lain, DJIA berhasil berhenti dari enam sesi kerugian beruntunnya, dan ini merupakan yang terpanjang sejak Juli 2012.
Sementara itu, beberapa data ekonomi juga dirilis kemarin, Kamis (22/8/2013), seperti initial jobless claim menunjukan adanya peningkatan sebesar 13k secara mingguan, tetapi secara rata-rata bulanan menunjukan penurunan dan berhasil menyentuh posisi terendah sejak 2007.
Data mengenai harga rumah di Amerika untuk Juni juga mengalami peningkatan 7,7% YoY atau meningkat 0,7% dari dari Mei.
Leading Economic Index Amerika menguat 0,6% pada Juli mencapai level 96, di atas estimasi ekonom yang memperkirakan LEI akan naik 0,5%.
Di bursa Eropa, indeks bursa saham gabungan Eropa juga ditutup menguat setelah tiga sesi terakhir diakhiri dengan pelemahan indeks. Penguatan ini dipicu oleh data yang menunjukan adanya peningkatan pada kegiatan manufaktur baik di Eropa maupun di China.
PMI Zona Euro menunjukan penguatan dari 50,5 di Juni menjadi 51,7 pada Agustus. Secara regional PMI gabungan dari Jerman menunjukan penguatan paling signifikan dari 52,1 di Juli menjadi 53,4 diAgustus.
Sementara itu, indeks saham di bursa regional ditutup melemah dipicu oleh minutes of meeting The Fed yang menunjukan indikasi bahwa bank sentral Amerika tersebut semakin dekat untuk mulai menghentikan program pembelian aset pada tahun ini.
Data PMI China yang meningkat dari 47,7 di Juli menjadi 50,1 di Agustus, belum mempu mendorong indeks bursa di negara itu menguat, meskipun pada saat bersamaan Deutsche Bank menaikan outlook pertumbuhan ekonomi China dari 7,6% menjadi 7,7%.
Jumat pagi ini, bursa Jepang dibuka menguat dipicu oleh penguatan DJIA dan juga pelemahan nilai tukar JPY.