Bisnis.com, JAKARTA--Berbanding terbalik dengan kinerja operator ponsel, pertumbuhan laba bersih perusahaan infrastruktur telekomunikasi, khusunya penyediaan menara, menembus level 50% pada semester I/2013.
Perusahaan menara telekomunikasi milik Edwin Soeryadjaja PT Tower Bersama Infrastructure Tbk mencatatkan pertumbuhan laba bersih mencapai 115%, sementara itu pesaingnya PT Solusi Tunas Pratama Tbk mengantongi kenaikan laba bersih Rp61,6%.
Analis PT Indosurya Asset Management Fridian Warda menyampaikan kinerja perusahaan infrastruktur telekomunikasi bertolak belakang dengan perkembangan emiten operato ponsel.
Pasalnya, meskipun kondisi pangsa pasar pengguna telekomunikasi sudah meluas dan matang, namun operator ponsel mau tidak mau harus berekspansi memperluas jangkauan layanannya untuk mempertahankan jumlah pelanggan.
“Operator ponsel mau tidak mau harus terus memperluas jaringan ke seluruh Indonesia, agar pelanggan tidak kabur. Hal itu yang membuat emiten operator terus naik. Ruang tumbuh masih besar,” ujarnya kepada Bisnis, Senin(5/8/2013).
Laba bersih Tower Bersama ditopang oleh pertumbuhan omzet mencapai 96% dari Rp647,22 miliar menjadi Rp1,27 triliun. Tak berbeda jauh, EBITDA emiten berkode saham TBIG itu tumbuh hingga 102% menjadi Rp1,04 triliun.
“Laba yang diatribusikan ke pemilik entitas induk Rp610,06 miliar per Juni 2013 dari Rp282,91 miliar pada Juni 2012, naik 115%,” ujar Direktur Keuangan Tower Bersama Helmi Santoso dalam rilis yang diterbitkan pekan lalu.
Seiring tingginya pertumbuhan pendapatan, beban pokok pendapatan dan beban usaha pun melonjak masing-masing 88,47% dan 59%.
Per 30 Juni 2013, total pinjaman perseroan tercatat sebesar Rp10,84 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) senilai Rp7,85 triliun. Dengan saldo kas internal yang mencapai Rp1,54 triliun, total pinjaman bersih menjadi Rp9,30 triliun dan total pinjaman senior bersih perseroan menjadi Rp6,32 triliun.
TBIG memiliki 15.293 penyewaan dan 9.308 site telekomunikasi per 30 Juni 2013. Site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 7.924 menara telekomunikasi, 1.040 shelter-only, dan 344 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 13.909, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,76.
“Kami berhasil menambah 974 penyewaan dari pertumbuhan organik. Dan untuk mendanai pembangunan organik dalam skala besar ini, kami telah bekerjasama dengan para kreditur agar tetap tersedia pendanaan yang kompetitif,” tambah CEO Tower Bersama Hardi Wijaya Liong.
Di sisi lain, Solusi Tunas mengantongi pertumbuhan omzet 70% pada semester pertama tahun ini menjadi Rp375,59 miliar dari semula Rp220,72 miliar. Beban pokok pendapatan tercatat sebesar Rp80,49 miliar atau melonjak 42,4% dari sebelumnya Rp56,50 miliar. hal itu membawa laba bruto berada di level Rp295,09 miliar atau naik 79,7% dari Rp164,22 miliar.
“Laba periode berjalan per 30 Juni 2013 sebesar Rp97,46 miliar dari posisi 30 Juni 2012 Rp60,31,” demikian tertulis dalam laporan keuangan perseroan.