Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Hadapi Kondisi 'Vis A Vis' dengan Dolar AS

Bisnis. com, JAKARTA—Nilai rupiah jatuh ke titik terendah dalam 4 tahun terakhir, setelah tingkat penjualan rumah Amerika Serikat (AS) terkerek pascapengurangan dana stimulus dari The Federal Reserve (The Fed).

Bisnis. com, JAKARTA—Nilai rupiah jatuh ke titik terendah dalam 4 tahun terakhir, setelah tingkat penjualan rumah Amerika Serikat (AS) terkerek pascapengurangan dana stimulus dari The Federal Reserve (The Fed).

 

Menurut analis Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra, rupiah kini dihadapkan pada kondisi yang vis a vis dengan dolar AS yakni penguatan dolar akan menambah beban rupiah.

 

 “Kondisi ini juga dipengaruhi oleh nilai dolar. Kalau data dari US dolar menguat, nilai rupiah akan melemah,” kata Ariston saat dihubungi Bisnis, Kamis (25/7).

 

Bloomberg Dollar Index mencatat, pukul 16:46 kemarin, nilai rupiah berada pada level Rp10.301,00 turun 0,37% dari nilai tertinggi minggu ini sebesar Rp 10.330,00. Angka ini adalah yang terendah di antara nilai mata uang lainnya di kawasan Asia Pasifik.

 

INFLASI TINGGI

Selain pengaruh nilai dolar AS yang menguat, menurut Lukman Leong, analis PT Platon Niaga Berjangka, keterpurukan rupiah ini juga disebabkan tingkat inflasi dalam negeri yang cukup tinggi.

 

 Senada dengan Lukman, Ariston menambahkan, inflasi kian parah karena bertepatan dengan kenaikan BBM, Ramadan, dan Lebaran. “Inflasi bisa mencapai dua kali lipat,” katanya. Keadaan ini, menurut Ariston, juga melemahkan kepercayaan terhadap perekonomian Indonesia yang tentunya berpengaruh terhadap nilai rupiah.

 

Menanggapi nilai rupiah yang terus merosot, Bank Indonesia (BI) beberapa waktu lalu mengatakan, investor tak perlu khawatir dan dihimbau untuk tetap tenang. Namun demikian, menurut Lukman pelemahan rupiah selama dua minggu belakangan patut membuat pasar agak khawatir.

 

Jika kondisi terus-menerus seperti ini, kata Lukman, pasar akan beralih ke dolar Amerika dan membuat pasar komoditas terpuruk. Menurut Ariston, saat ini rupiah sedang mencari titik keseimbangan barunya.

 

Dia memperkirakan hingga akhir minggu ini sampai minggu depan, rupiah berada pada kisaran Rp 10.300,00. “Kalau BI tidak intervensi apapun, nilainya bisa tembus 10.500,” kata Lukman.

 

 Menurut kedua analis tersebut, untuk memperbaiki nilai rupiah BI harus bertindak. “BI harusnya menaikkan suku bunga,” kata Ariston.

 

 Namun demikian, tak mudah bagi bank sentral tersebut untuk menaikkannya, pasalnya BI baru saja menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin. Terlebih, BI mesti mengkaji data inflasi keseluruhan yang baru akan keluar Agustus-September. Besar kemungkinan, BI akan menunggu hingga data tersebut dirilis.

 

Dibandingkan dengan nilai mata uang di regional Asia Pasifik, rupiah adalah yang paling terpuruk. Yen tercatat mengalami penguatan paling signifikan dengan kenaikan sebesar 0,54% dari 103,74 yen per dolar menjadi 99,76 yen per dolar. Rupee India juga membukukan penguatan sebesar 0,06% menjadi 59,095 rupee per dolar dan yuan China tercatat menguat 0,02% terhadap dolar Amerika menjadi 6,135 yuan per dolar.

 

Sementara itu, beberapa mata uang merosot seperti ringgit Malaysia yang kini berada pada level 3,199 ringgit per dolar, peso Filipina menjadi 43,36 peso per dolar, turun 0,18% dari nilai tertinggi minggu ini. Demikian pula dengan won Korea Selatan yang berada pada nilai 1.116,11 won per dolar, turun 0,3% dari posisi terbaik minggu ini.

Data penjualan rumah pada bulan Juni menunjukkan peningkatan tertinggi selama 5 tahun. Gubernur The Fed Ben S. Bernanke mengatakan, bank sentral akan merespon kenaikan tersebut dengan mempertimbangkan kenaikan belanja obligasi The Fed ataupun sebaliknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper