Bisnis.com, JAKARTA -- Saham Asia berakhir pekan tanpa perubahan seiring pernyataan Dana Moneter Internasional mengenai peningkatan risiko penurunan pertumbuhan China di samping rencana the Federal Reserve mengurangi stimulus.
Seperti dilansir Bloomberg, GCL-Poly Energy Holdings Ltd melonjak 13% selama sepekan karena spekulasi tarif polysilicon yang dikapalkan ke China akan meningkatkan pendapatan produsen terbesar bahan baku panel surya dunia itu.
Taiwan Semiconductor Manufacturing Co, produsen chip dengan kontrak terbesar di dunia, merosot 11% di Taipei. Nissan Motor Co, produsen mobil Jepang yang mendapat sekitar 80% penjualan dari ekspor, naik pada pekan ketiga setelah yen melemah terhadap dolar AS.
MSCI Asia Pacific Index berakhir pekan di level 134,93, naik dari 134,88 pada 12 Juli, untuk terus melanjutkan keuntungan beruntun sejak 15 Maret.
Ben S. Bernanke berkata kepada salah satu komisi di parlemen, tidak ada arahan untuk pembelian aset bank sentral AS, yang memperlunak spekulasi the Fed akan memangkas program pembelian obligasi US$ 85 miliar per bulan mulai awal September.
"Kemungkinannya adalah kami melihat pertumbuhan ekonomi AS menguat dalam 12 bulan ke depan," kata David Cassidy, kepala strategi ekuitas pada UBS AG yang berbasis di Sydney.
Menurutnya, ada ruang bagi ekuitas untuk bergerak lebih tinggi dengan pertumbuhan pendapatan dan pemulihan ekonomi secara bertahap.