Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hasil IPO Sri Rejeki Hanya Terserap Rp286,47 Miliar

Bisnis.com, JAKARTA - Produsen tekstil terpadu PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) menggunakan dana hasil penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) Rp279,81 miliar untuk pembayaran uang muka pembelian satu mesin jet spinning dan satu set mesin

Bisnis.com, JAKARTA - Produsen tekstil terpadu PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) menggunakan dana hasil penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) Rp279,81 miliar untuk pembayaran uang muka pembelian satu mesin jet spinning dan satu set mesin combing kepada perusahaan asal Hongkong, China Texmatex Trading Company Ltd.

Allan N. Severino, Direktur Sri Rejeki Isman, mengungkapkan penggunaan dana tersebut merupakan rangkaian ekspansi perseroan untuk memperkuat divisi pemintalan (spinning).

Selain itu, lanjutnya, perseroan juga telah melakukan pembayaran uang muka pembelian mesin-mesin jahit dan garmen kepada Menang Jaya Indonesia Rp6,66 miliar untuk keperluan ekspansi pabrik konveksi.

"Secara total, hingga akhir semester I/2013 perseroan telah menggunakan dana IPO Rp286,47 miliar," paparnya dalam keterbukaan, dikutip Sabtu (13/7/2013).

Adapun, pada 17 Juni 2013, perseroan melepas 30,12% atau sekitar 5,6 miliar saham ke publik dengan nilai mencapai Rp1,34 triliun. Setelah dipotong biaya emisi Rp52,97 miliar, perseroan kemudian meraup dana bersih mencapai Rp1,2 triliun.

Keseluruhan dana IPO tersebut rencananya bakal digunakan untuk keperluan ekspansi perseroan dalam pabrik pemintalan maupun pabrik konveksi.

"Hingga akhir semester pertama, dana IPO yang belum digunakan masih tersisa Rp1 triliun yang akan dialokasikan sesuai dengan prospektus [ekspansi pabrik pemintalan dan konveksi]," papar Allan.

Adapun, sisa dana tersebut didepositokan perseroan di Bank Rakyat Indonesia Cabang Solo dengan tingkat bunga 5,75% serta dimasukkan ke tabungan giro di bank yang sama sebesar Rp4,56 miliar dengan suku bunga 4,25%.

Seperti diketahui, salah satu produk yang diproduksi Sritex adalah pakaian militer baik di dalam maupun di luar negeri. Pada akhir tahun lalu, perseroan mencatatkan kenaikan volume produksi benang 7,3% menjadi 252.768 bale dari tahun sebelumnya sebesar 235.563. Adapun volume produksi kain jadi 68,71 juta yard, naik 41,38% dari 48,6 juta yard.

Sementara itu, volume produksi kain mentah mencapai 107,43 miliar meter, turun 17,36% dari 129,99 miliar meter. Volume produksi garmen turun 16,94% menjadi 7,01 juta potong dari 8,44 juta potong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Amri Nur Rahmat
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper