BISNIS.COM, JAKARTA-Pelemahan mata uang Brasil, Real, dalam 4 tahun telah mendorong percepatan pengiriman kopi dari negara produsen terbesar di dunia ini, sehingga memicu lonjakan stok yang berujung pada anjloknya harga kopi.
Kementerian Perdagangan Brasil mengatakan pada 1 Juli, jumlah pengiriman pertama 20% lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 13,38 juta tas atau 803.000 ton. Sementara Real anjlok 9,4% pada kuartal kedua, paling rendah di antara 24 mata uang utama negara berkembang. Situasi itu membuat pedagang bernafsu mendapatkan dolar dan membuat stok kopi mencapai level tertinggi sejak 2007.
Rasmus Wolthers, seorang pedagang di Wolthers & Associates, sebuah broker di Santos, Brasil mengatakan semakin rendah Real pasti akan membantu ekspor, membuat para penjual Brasil jauh lebih agresif.
"Ada banyak kopi di Brasil, dan tidak ada cukup ruang untuk menyimpan semua itu, sehingga produsen harus menjual. Saya kira kita akan melihat penjualan yang lebih agresif," ujarnya seperti dikutip di Bloomberg, Kamis (4/7).
Kolombia, penanam kedua terbesar biji arabika, meningkatkan ekspor sebesar 32% dalam 5 bulan pertama tahun ini setelah Peso melemah 7,1% terhadap Dolar AS. Sementara, penjualan dari Peru, produsen ketiga terbesar di Amerika Selatan, turun 31% setelah pembeli beralih ke pasokan dari Brasil.
Arabica, biji kopi yang paling banyak dikonsumsi, anjlok 61% di ICE Futures US, New York sejak mencapai level tertinggi 14 tahun pada Mei 2011. Biji yang lebih murah mendorong JM Smucker Co (SJM) untuk memotong harga pada bulan Februari untuk Folgers, merek terlaris AS, dan melebarkan margin laba kuartal kedua Starbucks.