Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BURSA EROPA: Stoxx 50 Melemah 3% ke 2.695

BISNIS.COM, JAKARTA—Perdagangan berjangka saham Eropa hari ini, Selasa (18/6/2013), dibuka turun pada saat investor menunggu data awal sektor perumahan AS sebagai indikator apakah bank sentral akan memangkas stimulus pada pertemuan hari ini.

BISNIS.COM, JAKARTA—Perdagangan berjangka saham Eropa hari ini, Selasa (18/6/2013), dibuka turun pada saat investor menunggu data awal sektor perumahan AS sebagai indikator apakah bank sentral akan memangkas stimulus pada pertemuan hari ini.

Sementara indeks perdagangan berjangka AS dan saham Asia sedikit berubah.

Saham Kabel Deutschland Holding AG diduga akan aktif setelah menyatakan menerima penawaran awal dari Liberty Global Plc. Danske Bank A/S diperkirakan akan bergerak setelah otoritas keuangan Denmark memerintahkannya meningkatkan aset berisikonya. Sedangkan saham Ryanair Holdings Plc diperkirakan aktif setelah sebuah perusahaan yang terkait dengan Chairman David Bonderman menjual sahamnya di maskapai penerbangan murah terbesar Eropa tersebut.

Indeks Stoxx 50 Europe, yang jadi acuan untuk wilayah Eropa, turun 0,3% ke level 2.695 pada pukul 07:27 pagi waktu London atau 13:27 WIB. Kontrak pada Indeks FTSE 100 Inggris turun tipis kurang dari 0,1%. Sementara itu, indeks perdagangan berjangka Standard & Poor’s 500 menguat 0,1%  dan MSCI Asia Pacific Index melemah.

“Gubernur Bank Sentral Ben Bernanke akan mengambil keputusan penting dan hati-hati untuk menyeimbangkan pengetatan stimulus dan kebutuhan untuk pemulihan ekonomi,” ujar Michael Hewson, seorang analis pasar pada CMC Markets Plc di London sebagaimana dikutip Bloomberg, Selasa (18/6/2013). Dengan kondisi harga pasar saat ini, pelaku pasar cenderung hanya mendengar apa yang ingin didengar dan fluktuasi saat ini akan berlanjut.

Indeks Stoxx Europe 600 kemarin menguat ke level tertinggi dalam seminggu atau menggeliat dari pelemahan terlama dalam 14 bulan. Acuan perdagangan saham itu masih melemah 5,6%  sejak Bernanke mengatakan pada 22 Mei lalu bahwa  bank sentral bisa saja memperketat stimulus jika perbaikan ekonomi berlanjut.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper