BISNIS.COM, JAKARTA—PT Indo Acidatama Tbk (SRSN) siap mengeluarkan investasi hingga Rp20 miliar untuk memproduksi bioethanol, jika regulasi terkait indeks harga bioethanol sudah diteken Kementerian Keuangan.
Direktur Indo Acidatama Wong Lukas Yoyok Nurcahya mengatakan patokan harga itu akan menentukan berapa yang harus dibeli oleh PT Pertamina (Persero) dari produsen bioethanol.
“Bioethanol problem-nya masih regulasi di Kemenkeu. Sebenarnya sudah akan dieksekusi, tapi karena sekarang ada pergantian Menteri, ini jadi stuck lagi. Sepertinya tahun depan baru bisa lahir regulasinya,” ujarnya dalam paparan publik, Senin (10/6/2013).
Perseroan saat ini memiliki pabrik di Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah. Menurut Yoyok, sebenarnya untuk memproduksi bioethanol tinggal menambah beberapa peralatan dari pabrik yang sudah ada dan hanya dibutuhkan waktu 4-6 bulan.
“Investasinya Rp20 miliar, kapasitas produksi yang kita arah itu sekitar 50.000 liter per hari. Kalau untuk [perusahaan lain] yang bener-bener belum punya pabrik, investasinya bisa Rp150-Rp200 miliar dan waktunya bisa 1-2 tahun,” tambahnya.
Berdasarkan catatan Bisnis, Kementerian ESDM memang sudah mengusulkan perbaikan indeks harga bioethanol sejak November 2011. Namun hingga pertengahan 2013, usulan itu belum juga disetujui oleh Kementerian Keuangan.
Sekretaris Perusahaan Indo Acidatama Benny Herman menjelaskan perseroan terus berupaya melakukan diversifikasi usaha, termasuk pengembangan bioethanol. Dengan naiknya harga bensin Premium nanti, menurutnya ini akan mempengaruhi dan bisa menggairahkan pasar bioethanol.
Namun jika regulasi itu belum juga terbit, dana belanja modal perseroan relatif hanya digunakan untuk kegiatan rutin. Yoyok mengatakan belanja modal tahun ini hanya Rp12 miliar, yang seluruhnya diambil dari dana internal.
“Capex itu pada 2012 juga kurang lebih hampir sama, hanya untuk maintenance rutin aset-aset kami saja,” ujarnya.