BISNIS.COM, JAKARTA – Penjualan perhiasan dalam negeri melambat, hanya naik sekitar 5% per tahun.
Hal itu seiring dengan perubahan daya beli masyarakat untuk memilih berinvestasi pada emas batangan, terutama dalam kurun 2 tahun terakhir.
Sekjen Asosiasi Pengusaha Perhiasan Emas dan Permata (Apepi) Iskandar Husein mengatakan menurunnya penjualan itu mengakibatkan semakin banyaknya perhiasan yang justru diekspor ke luar negeri.
Menurutnya, pada masa sebelum krisisi moneter, penjualan emas perhiasan ke luar negeri hanya sekitar 20% sementara 70% diantaranya diserap oleh pembeli lokal. Namun saat ini, kondisi justru terbalik, 70% penjualan ke ekspor sedangkan penjualan di dalam negeri hanya sekitar 20%.
Penurunan tersebut menurutnya karena konsumen emas tergerus dengan produk lain seperti kendaraan bermotor, properti, serta berbagai gadget. Selain itu, saat ini sebagain besar masyarakat membeli emas untuk berinvestasi dalam bentuk emas batangan.
“Dalam 2 tahun ini terjadi investasi di emas batangan, bagi industri perhiasan tidak menguntungkan. Kami dapat data dari Antam, daya serap emas batangan dalam negeri lebih dari 40 ton per tahun, sedangkan penjualan perhiasan kenaikan hanya 5%,” ungkapnya dalam konferensi pers Jakarta International Jewellery Fair 2013, Selasa (7/5).
Iskandar mengatakan bahwa di dalam emas perhiasan itu ada kreativitas dan ciri desain yang ditampilkan yang membuatnya berbeda sehingga penjualannya tidak semata emas tetapi perhiasan sebagai karya seni dan desain.
Untuk itudia berharap pameran Jakarta International Jewellery Fair 2013 yang akan diselenggarakan pada 9 Mei hingga 12 Mei di Balai Karitini ini dapat berefek positif pada penjualan emas sebagain bentuk perhiasan.
“Meskipun sekrng banyak masyarakat sudah tersedot ke emas batangan tapi dengan berbagai produk dan desain terbaik yang ditampilkan para pengrajin perhiasan kreatif dari seluruh Indonesia, dapat menarik kembali minat masyarakat membeli emas perhiasan,” tuturnya.
Sebab, bagi wanita perhiasan bukan lagi merupakan kebutuhan skunder melainkan telah menjadi kebutuhan primer sebagai bagian dari gaya hidup. (bas)