BISNIS.COM,TOKYO -- Harga karet berfluktuasi setelah data menunjukkan manufaktur China melambat pada bulan ini.
Hal itu meningkatkan kekhawatiran bahwa permintaan komoditas yang digunakan dalam ban ini akan menurun dari pengguna terbesar di dunia tersebut. Melemahnya mata uang Jepang mendukung nilai kontrak berjangka yang berbasis yen.
Karet untuk pengiriman September turun sebanyak 0,7% menjadi ¥249,1 per kilogram (US$2.520 per ton) di Tokyo Commodity Exchange, level terendah sejak 19 April. Nilai kontrak berfluktuasi dan diperdagangkan di level ¥251,3 pada pukul 11.48 waktu setempat.
Pembacaan awal di level 50,5 untuk Purchasing Managers 'Index China yang dirilis oleh HSBC Holdings Plc dan Markit Economics melambat dari 51,6 pada akhir bulan Maret. Jumlah itu juga di bawah rerata 51,5 estimasi dalam survei Bloomberg News dari 11 analis. Angka di atas 50 menunjukkan adanya ekspansi.
"Harga karet dipengaruhi oleh kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi China dapat melemahkan permintaan," ujar Kazuhiko Saito, analis broker Fujitomi Co di Tokyo
Dia menambahkan jika penurunan terbatas setelah mata uang Jepang diperdagangkan di dekat level terendahnya dalam 4 tahun terhadap dolar, maka hal itu membuat nilai kontrak berjangka dalam Yen menarik bagi investor.
Menurut Institut Penelitian Karet Thailand harga karet untuk pengiriman September di Shanghai Futures Exchange sedikit berubah pada 18.635 yuan (US$3,017) per ton.
Karet free on board Thailand naik 1,9% menjadi 80,50 baht (US$2,80)per kilogram kemarin. Harga jatuh ke 79 baht pada 19 April, level terendah sejak Oktober 2009. (Bloomberg)