BISNIS.COM, TOKYO--Dollar Australia dan Selandia Baru anjlok paling dalam selama hampir 2 bulan setelah pertumbuhan ekonomi China tak diduga mencatatkan perlambatan.
Perlambatan ekonomi China tersebut meredam prospek ekspor komoditas negara-negara mitra Negeri Tirai Bambu itu.
Berdasarkan data Bloomberg, dollar Australia turun 0,7% ke level US$1,0431 hingga pukul 1.44 siang waktu Sydney dari posisi 12 April, menuju penurunan terbesar sejak 20 Februari. Dollar Australia sempat menyentuh level US$1,0582 pada 11 April, level tertinggi sejak 11 Januari. Dollar Australia juga turun 1,2% terhadap yen ke level 102,16 per yen.
Sementara itu, dollar Selandia Baru turun 1,1% ke level 84,91 per dollar AS. Mata uang tersebut telah menyentuh 86,76 sen pekan lalu, level terkuat sejak Agustus 2011 ketika menyentuh level tertinggi 88,43.
Di pihak lain, indeks MSCI Asia Pasifik turun 1% mengikuti penurunan MSCI Dunia pada 12 April sebesar 0,4%.
"Aussie dan kiwi yang merupakan dua proxy risiko utama, lebih lemah pada rilis data China," kata Sue Trinh, Senior Analis Mata Uang Royal Bank of Canada di Hong Kong seperti dikutip Bloomberg.
"Ini mengecewakan bahwa pemulihan China belum diambil seperti yang diharapkan dan sepertinya bukan pada kuartal pertama ini membuktikan menjadi sedikit lebih lembut," tambahnya.