BISNIS.COM, JAKARTA. Harga emas yang bergerak liar dengan penurunan terbesar sepanjang sejarah dalam satu hari perdagangan membuat para investor dan trader perlu lebih hati-hati.
Harga emas di pasar global hari ini jatuh di bawah US$1.400 per ounce, penurunan terbesar sejak 1980, setelah sebelumnya terjerembab ke tren bearish.
Hal itu sejalan dengan optimisme bahwa pemulihan AS akan membatasi kebutuhan untuk dikeluarkannya stimulus baru.
Emas berjangka untuk pengiriman Juni merosot 9% menjadi US$1.366,90 per ounce di Comex di New York, menuju penurunan terbesar sejak 17 Maret 1980. Harga sempat menyentuh US$1.356,60, terendah sejak Februari 2011.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan sikap hati-hati mengambil posisi perlu di tekankan pada saat seperti ini.
"Kalau yang baru mau pegang fisik, ya jangan beli di satu harga sekaligus. Beli sedikit-dikit," katanya kepada Bisnis, Senin (15/4).
Bagi mereka yang melakukan trading pada pasar spot diharapkan untuk menghindar dulu dari pasar atau mencoba cari posisi short sell.
Menurut Ariston saat ini belum bisa diprediksi apakah akan ada posisi yang lebih rendah lagi yang bakal dicapai logam kuning ini.
"Perpindahan portofolio dari emas ke saham, isu jual emas Siprus 10 ton, pelambatan ekonomi yang mengurangi daya tarik komoditas," katanya soal terjunnya harga emas hari ini.
Dia memprediksi level support teknikal penting adalah pada US$1.520 per ounce. Pada posisi tersebut ada potensi harga emas untuk kembali menguat.
Meski begitu, untuk dapat naik kembali, secara fundamental, diperlukan isu-isu baru seperti adanya stimulus besar-besaran atau limbungnya euro apabila Italia dan Spanyol terdampak krisis finansial.