BISNIS.COM, YOGYAKARTA—PT Bank Muamalat Indonesia Tbk menargetkan dana hasil penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) mencapai US$250 juta, atau setara dengan Rp2,5 triliun pada pertengahan tahun ini.
“Kami optimistis dapat mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia [BEI] tahun ini. Kami harap bisa listing pada Juni mendatang,” kata Arviyan Arifin, Direktur Utama Bank Muamalat, di Ambarrukmo Plaza, Sabtu (25/02).
Dia menjelaskan perseroan tinggal mencatatkan sahamnya di BEI, karena secara teknis sudah berstatus perusahaan publik sehingga imbauan Bank Indonesia (BI) untuk menunda bank syariah untuk menjadi perusahaan publik tidak berpengaruh signifikan.
Pencatatan saham Bank Muamalat di bursa efek, menurutnya, membuat perseroan lebih mudah mengakses permodalan serta mendorong transparansi dalam pengelolaan keuangannya. Hal itu juga diharapkan dapat menunjang kebutuhan layanan kredit dari nasabah.
Saat ini Bank Muamalat masih dalam persiapan dari sisi legal atau membuat anggaran dasar terkait rencana listing di Bursa tersebut. Oleh karena itu nominal besaran saham yang akan dilepas ke publik masih dalam kajian penasehat keuangan (financial advisor).
Di tempat yang sama, Direktur Keuangan Bank Muamalat Hendiarto menjelaskan perseroan menggunakan buku laporan keuangan Desember 2012. Perseroan juga menunjuk Bahana Securities sebagai penasehat keuangan perseroan dalam persiapan menuju listing di BEI.
Kendati demikian, perseroan belum menunjuk penjamin emisi efek (underwriter) perseroan hingga saat ini. Sebelumnya, perseroan menyebutkan tiga calon penjamin emisi efek a.l Bahana Securities, Danareksa Sekuritas, dan Indo Premier Securities.
“Mungkin dalam waktu dekat ini akan didapat penjamin emisi efeknya. Selain ketiga calon tersebut, kami juga menunjuk calon lainnya dari internasional selling agen sebagai penjamin emisi efek, ” ujarnya.
Di lain sisi, Bank Muamalat meluncurkan program Muamalat Berbagi Rezeki (MBR) periode IV di Yogyakarta. Menurutnya, program tersebut cukup efektif dalam menggenjot raihan dana ritel terutama dari produk-produk tabungan.
Bank Muamalat menargetkan kontribusi dari wilayah Yogyakarta dapat tumbuh secara akseleratif. Saat ini, dana pihak ketiga (DPK) Bank Muamalat melonjak 70% menjadi Rp534,3 miliar pada 2012, dari capaian DPK pada 2011 sebesar Rp313.4 miliar.
Untuk menunjang target dana pihak ketiga, bank asal Indonesia yang telah mengoperasikan cabang penuh di Malaysia ini telah memiliki 10 kantor di Yogyakarta, melengkapi sekitar 450 kantor di seluruh Indonesia.
Selain itu, perseroan juga menambah mesin-mesin ATM baru di sekitar area perkantoran, perguruan tinggi dan pusat perbelanjaan untuk mempermudah aksesbilitas nasabah.
Dari sisi pembiayaan, usaha kecil mikro dan konsumer mendominasi hingga 90% dari total portfolio pembiayaan di Yogyakarta. Pendidikan dan kesehatan menjadi sektor ekonomi utama dalam ekspansi pembiayaan Bank Muamalat.
Direktur Ritel Bank Muamalat Adrian Gunadi menyebutkan pembiayaan di wilayah Yogyakarta membukukan Rp303,9 miliar pada tahun lalu, naik 57% dari posisi yang sama 2011 sebesar Rp193,7 miliar.
“Kami menargetkan pertumbuhan DPK dan pembiayaan hingga 70% di tahun ini. Target ini dicapai dengan proyeksi peningkatan customer base sebanyak 12 ribu nasabah sepanjang tahun ini, sehingga jumlahnya menjadi 95 ribu nasabah untuk wilayah Yogyakarta,” katanya.
Bank Muamalat juga mematok target kenaikan aset di wilayah Yogyakarta mencapai Rp1 triliun tahun ini, naik 68% dari posisi yang sama tahun lalu Rp595,2 miliar (unaudited).