JAKARTA--Harga emas diprediksi masih akan melemah dan kembali menyentuh level US$1704 per ounce di tengah kekhawatiran atas kebijakan fiscal cliff di Amerika Serikat dan melambatnya ekonomi di Eropa akibat krisis utang.
Analis PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan kondisi ekonomi dan AS dan Eropa masih akan menjadi faktor utama yang melamahkan harga emas.
"Tekanan turun masih belum surut. Kemungkinan harga menguji kembali area US$1.704. Namun apabila harga reboud, berpeluang menembus area US$1.722--US$1.726," katanya, Jumat (16/11).
Berdasarkan catatan Bloomberg, harga emas menuju penurunan mingguan.Harga emas di pasar spot sedikit berubah pada posisi US$1.714 per ounce pukul 10.07 waktu Singapura, jatuh 1% pekan ini.Adapun kepemilikan emas di bursa naik ke rekor menjadi 2.599,69 ton.Harga logam sempat merosot ke level US$1.705,32, level terendah dalam 1 pekan, setelah World Gold Council mengatakan permintaan turun 11% pada kuartal ketiga, terbesar sejak 2009, dari rekor pada tahun sebelumnya.Di China, pembelian perhiasan turun 5,5% dan investasi koin merosot 12%.Adapun permintaan perhiasaan di India naik 7,3% dan pembelian koin meningkat 12%."Pelonggaran moneter global tidak akan segera berakhir dalam jangka panjang, itu masih baik untuk emas," kata Wang Xiaoli, Kepala Strategi Investasi CITICS Futures Co.Kepemilikan bulion di ETP naik 10% tahun ini didorong komitmen sejumlah bank sentral untuk memberikan stimulus.Harga emas untuk pengiriman Desember naik sebanyak 0,2% menjadi US$1.717,20 per ounce di Comex New York, sebelum diperdagangkan pada level US$1.713,80.Adapun harga bulion dengan kemurnian 99,99% di Shanghai Gold Exchange turun 0,4% menjadi 344.50 yuan per gram atau setara dengan US$1.718,87 per ounce.Sementara itu harga kas perak turun 0,2% menjadi US$32,56 per ounce. Harga platinum di pasar spot turun untuk hari kedua, sebesar 0,6% menjadi US$ 1.561,50 per ounce. (if)