JAKARTA: Harga karet mulai merangkak naik dan kembali memasuki pasar bullish setelah sejumlah negara produsen meningkatkan kuota pembatasan ekspor, terbesar sejak 2009. Sebelumnya , harga bahan pembuat ban ini terus merosot selama 5 bulan terakhir.
Sejumlah analis dalam survei Bloomberg memperkirakan harga karet akan naik 11% atau menyentuh posisi 300 yen per kilogram pada akhir tahun ini.
Thailand, Indonesia dan Malaysia, pemasok 70% persedian karet global, sepakat untuk memangkas ekspor sebesar 300.000 ton. Jumlah itu setara dengan impor China, pengguna terbesar selama 5 pekan .
Langkah sejumlah negara produsen itu dimaksudkan mengangkat harga karet yang merosot 50% sejak mencapai rekor pada Februari 2011 di tengah melimpahnya stok.
“Pasar bearish atas karet sudah berakhir. Program stimulus sejumlah bank sentral juga akan mendukung harga,” kata Makoto Sugitani, Kepala Penjualan Komoditas Derivatif Newedge Japan Inc seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (2/10).
Harga karet telah reli 31% sejak pertengahan Agustus di Tokyo Commodity Exchange dan naik 2,2% tahun ini menjadi ¥269,2.
Indeks Standard & Poor GSCI dari 24 bahan baku meningkat 3,4% sejak awal Januari dan indeks MSCI All-Country World dari ekuitas naik 11%.
Dewan Karet Tripartit Internasional (ITRC) mengatakan sebanyak 2 negara produsen di Asia Tenggara akan memangkas 180.000 ton ekspor pada kuartal keempat dan 120.000 ton pada 3 bulan pertama tahun depan. Lembaga tersebut memperkirakan produsen akan menyimpang pasokan hingga harga membaik. (yus)