JAKARTA: Harga emas lokal menembus rekor baru tahun ini, dengan lompatan harga mencapai Rp15.000 per gram, mengikuti tren kenaikan di pasar global.
Harga emas batangan di pasar ritel Tanah Air mengacu harga PT Aneka Tambang (Antam) pada Senin (10/9), untuk ukuran 1 gram diperdagangkan pada posisi Rp579.000, naik dari harga akhir pekan lalu sebesar Rp564.000.
Adapun harga emas ukuran 100 gram berada pada posisi Rp540.000 per gram, naik dari harga akhir pekan lalu sebesar Rp525.000.
Antam menetapkan harga emas secara regresif, artinya harga semakin murah untuk pembeliaan emas dengan ukuran yang lebih besar.
Bambang Wijanarko, Marketing Manager Unit Binis Pengolahan dan Pemurniaan Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk, mengatakan kenaikan harga tersebut merupakan level tertinggi tahun ini.
Selain karena mengikuti pergerakan harga global, lanjutnya, kenaikan harga emas juga didorong melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
"Iya, kenaikan tersebut merupakan rekor untuk tahun ini. Namun, belum menembus rekor harga pada tahun lalu," katanya kepada Bisnis, Senin (10/9).
Menurut dia, kenaikan harga tersebut masih akan berlanjut beberapa hari ke depan. Namun, jelasnya, pergerakan harga mungkin berbalik apabila harapan pasar global terkait stimulus di AS tidak terealisasi.
Bambang mengatakan meskipun tren harga emas mulai naik, tingkat penjualan logam mulia tersebut masih normal. "Tren harga memang mulai naik namun sejauh ini tingkat penjualan masih normal," ujarnya.
Dalam perkembangan global, harga emas terus melaju mendekati level tertinggi dalam 6 bulan terakhir.
Harga emas naik 0,3% menjadi US$1.740,05 per ounce dan diperdagangkan pada level US$1.739,75 pukul 9.43 waktu Singapura.
Harga logam mulia tersebut sempat menyentuh level US$1.741,70 pada 7 September, tertinggi sejak 29 Februari, setelah data tenaga kerja AS tumbuh lebih rendah dari perkiraan.
Adapun, harga emas untuk pengiriman Desember berada pada posisi US$1.741 per ounce di Comex.
Secara terpisah, Analis PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan harga emas masih berpeluang untuk naik dan menembus US$1.760 per ounce.
"Ekspektasi pelonggaran moneter oleh The Fed semakin meningkat setelah data penambahan tenaga kerja melemah. Ini berita baik untuk harga emas," katanya.
Pekan ini, lanjutnya, terdapat sejumlah data atau agenda penting yang akan menjadi penentu arah pergerakan emas selanjutnya a.l terkait keputusan Mahkamah Konsititusi Jerman mengenai aktivasi lembaga bailout permanen Eropa (ESM/European Stability Mechanism) pada 12 September dan pertemuan The Fed terkait pelonggaran moneter.
"Berita negatif dari agenda pekan ini bisa membawa emas kembali melemah memasuki area US$1.660. Namun, apabila beritanya positif, emas bisa bergerak mendekati US$1.800," jelasnya.
Adapun kepemilikan emas di bursa AS bertahan pada posisi 2.474,117 ton. Data ekonomi AS menunjukan adanya penambahan 96.000 tenaga kerja pada Agustus atau lebih rendah dari perkiraan sebesar 130.000.
Data industri China tumbuh melambat, terendah dalam 3 tahun terakhir. Terkait hal tersebut, President China Hu Jintao memberi sinyal untuk melakukan tindakan lebih guna memacu pertumbuhan ekonomi.
"Pelonggaran moneter ini akan mendorong emas sebagai aset yang lebih menarik," kata Sun Yonggang, Strategi Makroekonomi Everbright Futures Co.
Sementara itu, harga perak di pasar spot naik untuk hari ketiga sebesar 0,8% menjadi US$33,96 per ounce, tertinggi sejak 12 Maret. Harga platinum naik 0,9% menjadi US$1.605,50 per ounce, termahal sejak 13 April.(msb)