JAKARTA: Asosiasi Kakao Indonesia atau Askindo memperkirakan harga kakao akan bertahan pada kisaran US$2.000—US$2.300 per ton, hingga November.
Harga bahan coklat tersebut diprediksi akan bergerak naik dan menyentuh level puncak sebesar US$2.450 per ton pada awal 2013.
Ketua Umum Askindo Zulhefi Sikumbang mengatakan harga kakao saat ini masih menunjukan tren penurunan . Namun demikian, lanjutnya, secara umum pergerakan harga komoditas biji coklat tersebut tidak mengalami penurunan signifikan.
“Trennya memang turun tapi pergerakan harganya masih stabil. Biasanya harga akan mulai naik menjelang akhir tahun dan mencapai harga tertinggi pada awal tahun,” katanya kepada Bisnis, Rabu (25/7).
Sejalan dengan itu, Zulhefi menyebutkan harga kakao dari petani dalam negeri berada pada posisi Rp17.000 per kilogram dan dari eksportir dipatok pada level Rp19.500 per kilogram.
Dari sisi global, jelasnya, tren penurunan harga kakao dipengaruhi melimpahnya jumlah produksi dari Pantai Gading sementara permintaan tidak menunjukan peningkatan yang signifikan.
“Harga akan naik awal tahun depan karena ada kemungkinan produksi dari Pantai Gading dan Ghana turun,” ujarnya.
Dia menyebutkan tahun ini, produksi kakao Indonesia akan mencapai 500.000 ton dengan catatan tidak ada gangguan cuaca. Jumlah tersebut, jelas Zulhefi, masih sangat minim apabila dibandingkan dengan luas lahan yang mencapai 1,5 juta hektare. (arh)
