Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Mata uang Asia menguat dipimpin oleh ringgit Malaysia terkait dana talangan untuk Spanyol dan data ekspor China yang meningkat dua kali lipat dari yang diperkirakan para ekonom. 
 
Indeks Asia Dolar Bloomberg-JPMorgan mengalami kenaikan mingguan pertama sejak April. Pada saat yang sama, indeks saham MSCI Asia Pasifik menanjak 1,7%. 
 
Indeks Asia Dolar yang mencatat 10 mata uang paling banyak diperdagangkan di wilayah itu kecuali yen, telah mengalami rebound 0,6 sejak menyentuh 113,68 pada 1 Juni, level terendah sejak September 2010. 
 
Data yang dikompilasi Bloomberg menunjukkan ringgit menguat 0,7% menjadi 3,1644 per dolar pada pukul 10:51 di Kuala Lumpur. Won Korea Selatan menguat 0,6% menjadi 1.168,40 per dolar, sedangkan peso Filipina menguat 0,6% menjadi 43,010. Rupiah juga menguat 0,3% menjadi 9.449. 
 
Menteri Ekonomi Spanyol Luis de Guindos mengatakan negara tersebut meminta dana talangan senilai 100 miliar euro (US$126 miliar) dari pemerintah Uni Eropa pekan lalu untuk menyelamatkan sistem perbankan. 
 
“Berita tentang bailout Spanyol mendukung sentimen bagi aset berisiko. Data China pekan lalu juga mendukung,” ujar Disawat Tiaowvanich, pialang valas di Bangkok Bank Plc. 
 
Laporan pekan ini menunjukkan perkiraan hasil manufaktur India dan Malaysia mengalami rebound. Sementara itu, Indonesia dan Filipina diprediksi menahan suku bunga acuan. 
 
Namun, volatilitas historis 60 hari indeks Asia Dolar masih bertahan di sekitar 2,85%.
 
Analis Realtime Futures Wahyu Laksono menilai penguatan sejumlah mata uang Asia masih bersifat sementara. Menurut dia, pemilu Yunani dan krisis Eropa masih akan membebani gerak mata uang Asia.
 
“Ini [penguatan] sifatnya sementara. Ke depan mata uang Asia berpeluang besar untuk melemah,” katanya.
Dia mengatakan krisis Eropa dan agenda pemilu di Yunani akan turut membebani rupiah pada posisi resistensi Rp9.200 hingga Rp9.600 terhadap dolar.
 
 
Investasi Malaysia
 
Survei Bloomberg memperkirakan produksi industri India naik 1,7% pada April 2012, dibanding periode sama tahun lalu, setelah berkontraksi 3,5% pada Maret. Pemerintah India akan merilis laporan itu hari ini (12/6). 
 
Ringgit menguat setelah para ekonom yang disurvei Bloomberg memprediksi hasil manufaktur naik 2% pada April dibandingkan periode sama tahun lalu, setelah naik 0,6% pada Maret. Survei itu dilakukan sebelum laporan pemerintah dirilis pada Senin (11/6)  
 
“Berita domestik Malaysia sangat kuat, dibanding yang terjadi di negara lain di Asia. Pasar tengah mencari investasi yang sedikit berisiko, dan berita tentang Spanyol memberi sentimen positif jangka pendek,” ujar Jonathan Cavenagh, analis mata uang di Singapura di Westpac Banking Corp. 
 
Data pemerintah China menunjukkan ekspor meningkat 15,3% pada Mei dibandingkan periode sama tahun lalu, dan dibandingkan 4,9% pada April. 
 
Sistem Perdagangan Valuta Asing China mencatat yuan terapresiasi 0,05% menjadi 6,3672 per dolar di Shanghai. Bank sentral China menetapkan acuan pada 6,3169, level terkuat sejak 22 Mei. 
 
Di tempat terpisah, dolar Taiwan menguat 0,2% menjadi NT$29,908 terhadap dolar. Sementara itu, baht Thailand naik 0,4% menjadi 31,57 per dolar dan dong Vietnam tetap di 20.998 per dolar. (sut)
 
 
 
 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper