JAKARTA: Tekanan harga minyak pekan ini, akibat jatuhnya Spanyol ke dalam resesi, diprediksi masih dibatasi oleh risiko geopolitik dan kebijakan pelonggaran moneter di negara konsumen utama.
Harga minyak mentah untuk pengiriman Juni berada pada US$104,81 per barel, turun 6 sen, di New York Mercantile Exchange pukul 14.28 waktu Sydney. Kontrak tersebut pada Senin turun 6 sen menjadi US$104,87, penutupan terendah sejak 26 April.
Harga di New York naik 1,8% bulan lalu dan 6,1% lebih tinggi tahun ini. Adapun, minyak brent untuk pengiriman Juni berada pada US$119,32, turun 15 sen, di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London.
“Penurunan minyak pekan ini masih dibatasi oleh pemicaraan soal peluncuran stimulus moneter Jepang, AS, dan China,” kata analis senior Harvest International Futures Ibrahim. Dia memprediksi harga memiliki dukungan (support) kuat pada US$103 per barel.
Ibrahim mengatakan bahwa sentimen Eropa, dengan jatuhnya Spanyol ke dalam situasi resesi, menjadi faktor negatif yang akan menekan minyak minggu ini selain prediksi stok minyak AS.
Selain itu, ujarnya, pasar juga tergerak oleh laporan bahwa suplai dari kelompok negara-negara produsen minyak (OPEC) telah naik.
Ibrahim mengingatkan bahwa risiko geopolitik dari Timur Tengah masih ada setelah ketegangan dengan Iran terkait selat Hormuz bisa teratasi.
Risiko itu muncul dari konflik di Suriah dan tindakan Israel yang berencana membangun tembok yang bisa menimbulkan reaksi dari tetangganya, Lebanon.
Harga minyak juga dipengaruhi jatuhnya produk domestik bruto Spanyol sebesar 0,3%. Krisis utang Eropa yang dimulai di Yunani dan kemudian pindah ke Irlandia, Portugal, Italia dan Spanyol telah mengurangi pertumbuhan ekonomi di kawasan euro. (ra)
>BACA JUGA