JAKARTA: PT Bank Victoria International Tbk akan melakukan proses pemeringkat untuk obligasi senilai Rp500 miliar pada pekan depan.
“Kami sudah menunjukan Pefindo [PT Pemeringkat Efek Indonesia] untuk rating obligasi tersebut. Proses rating akan digelar pada pekan depan dan diharapkan selesai pada akhir bulan ini,” ujar Andrew Haswin, Pjs Direktur Utama Bank Victoria kepada Bisnis hari ini Kamis 15 Maret 2012.
Bank swasta non devisa yang berdiri sejak 1992 ini rencananya akan menerbitkan obligasi senior dan obligasi subordinasi (subdebt) dengan total nilai Rp500 miliar pada akhir triwulan II, guna membiayai ekspansi kredit dan meningkatkan rasio kecukupan modal.
Perseroan menggunakan laporan keuangan audited Desember 2011 guna proses emisi surat utang tersebut. Menurut ketentuan, emisi obigasi bisa dilaksanakan maksimal 6 bulan sejak tanggal laporan keuangan yang digunakan.
Hingga saat ini, lanjut Andrew, perseroan belum menetapkan secara resmi penjamin pelaksana emisi (underwriter) untuk emisi tersebut. Perseroan dan calon underwriter masih melakukan tawar menawar mengenai tingkatan kupon dari obligasi serta komitmen para perusahaan sekuritas tersebut.
“Yang pasti salah satu underwriter itu Victoria Sekuritas [induk usaha perseroan]. Namun kami menggunakan dua atau tiga perusahaan sekuritas di luar Victoria sebagai underwriter,” jelasnya.
Dia menjelaskan sekuritas yang sedang mengikuti beauty contest merupakan perusahaan yang dikenal masyarakat sebagai pemimpin pasar penerbitan surat utang. Namun dia masih belum mau mengungkapkan nama perusahaan tersebut, sebelum ada kerja sama resmi.
selain itu, lanjut Andrew, perseroan belum bisa memproyeksi berapa nilai kupon yang diharapkan karena masih menantikan kondisi pasar pada Juni mendatang. Hambatan seperti laju inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak merupakan salah satu poin yang diperhatikan perseroan dalam penentuan harga.
“Kami juga belum menentukan porsi masing-masing dari obligasi dan subdebt, karena itu tergantung dari kondisi pasar,” jelasnya.
Bank Victoria memiliki surat utang senilai Rp400 miliar yang akan jatuh tempo pada 21 Maret mendatang. Surat utang ini terdiri atas obligasi senior Rp200 miliar dan subdebt Rp200 miliar.
“Kami akan menggunakan dana internal guna melunasi obligasi tersebut. Setelah lunas baru kami terbitkan obligasi baru pada akhir Juni mendatang,” jelasnya.
Hingga akhir 2011, Bank Victoria mencatatkan laba bersih belum diaudit sebesar Rp 229,62 miliar, meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan posisi 2010 sebesar Rp106,28 miliar.
Perseroan mencatatkan pertumbuhan aset yang signifikan pada 3 bulan terakhir 2011, karena terjadi kenaikan Rp2,2 triliun atau 24%, menjadi Rp11,36 triliun pada Desember dibandingkan dengan Rp9,16 triliun pada September lalu.
Namun, bila dibandingkan dengan akhir 2010 yang tercatat Rp10,11 triliun, aset Bank Victoria hanya bertumbuh 12,36%.
Pertumbuhan aset cukup tinggi dalam tiga bulan terakhir didorong oleh kenaikan dana pihak ketiga yang cukup signifikan, yakni sebesar 28% dari Rp6,86 triliun pada September menjadi Rp8,78 triliun pada Desember.
Meski demikian, rasio intermediasi (loan to deposit ratio) Bank Victoria masih di bawah ketentuan dari Bank Indonesia sebesar 78%, karena outstanding kredit hingga akhir 2011 tercatat Rp5,6 triliun.(msb)