Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bersiap, Saham Bank, Telko & Manufaktur 'Dipoles' Akhir Tahun

Saham emiten dengan kapitalisasi pasar jumbo alias big caps akan mendapatkan berkah dari window dressing tahun ini antara lain sektor perbankan, telekomunikasi, dan manufaktur.
Seorang pria melintasi layar elektronik pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (19/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Seorang pria melintasi layar elektronik pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (19/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA - Saham emiten dengan kapitalisasi pasar jumbo alias big caps akan mendapatkan berkah dari window dressing tahun ini antara lain sektor perbankan, telekomunikasi, dan manufaktur.

Head Investment Avrist Asset Management Farash Farich memperkirakan, emiten telekomunikasi yang akan kejatuhan durian runtuh dalam siklus perbaikan pasar pada akhir tahun adalah Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), dan di sektor manufaktur adalah PT Astra International Tbk. (ASII).

Adapun saham sektor perbankan yang diproyeksikan mampu memberikan cuan kepada investor pada penghujung tahun adalah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).

"Big caps akan terdampak window dressing. Khususnya emiten-emiten tersebut. Selain karena dari sisi fundamental kuat kinerja mereka sejauh ini juga cukup positif," katanya kepada Bisnis.

Dia meyakini pada hari-hari terakhir tahun ini indeks harga saham gabungan (IHSG) akan mampu bangkit, sebagaimana siklus akhir tahun yang selama ini terjadi. Big caps menjadi saham yang terdampak karena memiliki bobot yang cukup besar dalam indeks.

Adapun pada tahun depan Farash memproyeksikan akan ada perbaikan meskipun volatilitas di pasar masih terjadi. "Tapi tidak seperti 2018. Kami yakin ada perbaikan karena valuasi lebih murah dibandingkan awal 2018 dan minat investasi asing di aset emerging amrket akan membaik," ujarnya.

Sementara itu, sejumlah analis saham memprediksi IHSG akan berada di kisaran 7.000 pada tahun depan, sejalan dengan meredanya tekanan dari Amerika Serikat (AS) dan sentimen positif dari pemilihan presiden.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, bank sentral AS pada diprediksi tidak akan seagresif tahun lalu dalam mengerek suku bunga acuan. Pemangkasan pajak di AS juga tak cukup kuat mendorong pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

Selain itu, kemenangan Demokrat dalam pemilu sela AS juga akan mengubah arah kebijakan luar negeri Donald Trump. Diantaranya adalah pengurangan porsi penggunaan dana untuk belanja infrastruktur dan pemotongan pajak.

"Tahun depan tekanan terhadap rupiah juga berkurang karena Fed Fund Rate tidak akan naik seperti tahun ini. Indeks pun akan lebih bagus pada 2019," kata dia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper