Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Barito Pacific (BRPT) Segera Lunasi Utang US$250 Juta

PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) siap melunasi utang sebesar US$250 juta melalui pinjaman senilai US$200 juta dan kas internal US$50 juta.
Karyawan melintas di bawah layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (13/9/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan melintas di bawah layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (13/9/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA — PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) siap melunasi utang sebesar US$250 juta melalui pinjaman senilai US$200 juta dan kas internal US$50 juta.

Presiden Direktur Barito Pacific Agus Salim Pangestu menyampaikan, perusahaan akan melunasi seluruh pinjaman sebesar US$250 juta dari Bangkok Bank.

Manajemen pun melakukan langkah refinancing dengan mengajukan pinjaman sebesar US$200 juta kepada Barclays Bank PLC dan DBS Bank Ltd. “Sisa pinjaman [sebesar US$50 juta] akan dilunasi menggunakan kas,” tuturnya saat dihubungi, Rabu (21/11/2018).

Pada 15 November 2018, BRPT menandatangani perjanjian fasilitas dengan Barclays Bank PLC dan DBS Bank Ltd. Kedua kreditur setuju memberikan pinjaman sebesar US$175 juta dengan tambahan US$25 juta. 

Pinjaman yang seluruhnya digunakan untuk melunasi utang terhadap Bangkok Bank tersebut harus dilunasi dalam waktu 36 bulan. Atas pinjaman itu, BRPT memberikan jaminan gadai atas saham yang dimilikinya di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA), gadai atas rekening, dan jaminan dari anak perusahaan.

“Dokumen yang sehubungan dengan jaminan tersebut ditandatangani pada 30 November 2018,” paparnya.

Agus mengungkapkan, alasan perseroan membayar kredit dengan utang baru ialah karena perjanjian fasilitas Barclays Bank PLC dan DBS Bank Ltd. memberikan bunga yang lebih bagus. Namun, dia enggan menyebutkan berapa besarannya.

Sebelumnya, perjanjian pinjaman US$250 juta dari Bangkok Bank ditandatangani BRPT pada 24 Maret 2017 dengan jangka waktu pembayaran 18 bulan. Pada 24 Maret 2018, pinjaman itu diperbarui dengan memperpanjang pelunasan 50% pada 24 bulan ke depan, dan 50% sisanya pada 30 bulan ke depan.

Dia menambahkan, dalam situasi fluktuasi dolar AS dan tren suku bunga tinggi, perusahaan perlu berhati-hati dalam melakukan pinjaman dalam mata uang greenback. Diperkirakan likuiditas dolar AS akan semakin berkurang.

Oleh karena itu, manajemen harus mendapatkan utang dengan tempo yang lebih panjang, untuk mencocokan dengan proyek yang sifatnya jangka panjang juga. Biar tidak terjadi mismatch,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper