Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fed Minutes Kerek Dolar AS, Bursa Asia Turun

Bursa saham Asia bergerak turun pada perdagangan pagi ini, Kamis (18/10/2018), sedangkan dolar AS naik ke level tertinggi dalam satu pekan, pascarilis risalah pertemuan Federal Reserve AS pada bulan lalu.
bursa asia
bursa asia

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia bergerak turun pada perdagangan pagi ini, Kamis (18/10/2018), sedangkan dolar AS naik ke level tertinggi dalam satu pekan, pascarilis risalah pertemuan Federal Reserve AS pada bulan lalu.

Berdasarkan data Reuters, indeks MSCI Asia Pacific selain Jepang turun 0,2% dan indeks saham acuan Australia juga turun 0,2%.

Pada saat yang sama, indeks Nikkei Jepang bergerak cenderung flat dan berupaya naik menyusul rilis data yang menunjukkan penurunan ekspor negeri Sakura, untuk yang pertama kalinya sejak akhir 2016, akibat terpukul turunnya pengiriman ke Amerika Serikat (AS) dan China.

Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap sejumlah mata uang utama, terakhir kali diperdagangkan di posisi 95,654. Adapun imbal hasil obligasi AS berada di posisi 3,211%, 3,2 basis poin lebih tinggi dari level penutupan sebelumnya.

Baik indeks dolar dan imbal hasil obligasi AS naik ke level tertingginya dalam sepekan pada perdagangan Rabu (17/10).

Momok kenaikan imbal hasil AS, bersama dengan tensi perdagangan global yang menjadi pusat pergolakan pasar ekuitas global pekan lalu, menahan daya tarik aset berisiko di Asia.

Di sisi lain, bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah tipis pada perdagangan Rabu (17/10), setelah Federal Reserve menunjukkan kesepakatan mengenai perlunya menaikkan suku bunga acuan lebih lanjut.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 91,74 poin atau 0,36% di level 25.706,68, indeks Standard & Poor’s 500 kehilangan 0,71 poin atau 0,03% ke 2.809,21 dan Nasdaq Composite berakhir turun 2,79 poin atau 0,04% di 7.642,70.

Menurut risalah pertemuan Federal Open Market Committee yang dirilis Rabu (17/10), seluruh pejabat bank sentral AS tersebut mendukung kenaikan suku bunga dalam pertemuan kebijakan 25-26 September serta secara umum menyetujui kenaikan lebih lanjut untuk Federal Funds Rate.

Sementara itu, sejumlah mata uang utama menunjukkan reaksi terbatas setelah pemerintah AS pada Rabu malam (17/10) waktu setempat menahan diri untuk melabeli China maupun mitra dagangnya yang lain sebagai manipulator mata uang.

Dalam laporan mata uang semitahunannya, Departemen Keuangan AS menyatakan depresiasi mata uang yuan China baru-baru ini kemungkinan akan memperburuk defisit perdagangan AS, tetapi pejabat pemerintah AS menemukan bahwa pemerintah China tidak banyak melakukan intervensi langsung dalam nilai mata uangnya.

Namun sejumlah investor tetap berhati-hati atas pergerakan yuan China terhadap dolar AS.

“Dengan imbal hasil obligasi AS mulai merayap lebih tinggi lagi, Presiden Donald Trump mengisyaratkan tarif lebih lanjut pada barang-barang China, dan [indeks saham China] CSI 300 diperdagangkan mendekati level terendahnya sejak musim panas 2016, risiko lanjutan dari gejolak baru pelemahan (yuan) tidak dapat diabaikan,” kata Simon Derrick, kepala strategi mata uang di BNY Mellon, seperti dikutip Reuters.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper