Bisnis.com, JAKARTA – Penguatan nilai tukar ke Rp13.896 pada penutupan pasar Kamis (31/5/2018), level mingguan tertinggi sejak Juli 2016, ditopang oleh membaiknya kepercayaan investor.
Ke depannya, rupiah diperkirakan menguat sambil menunggu sentimen data ekonomi dari AS dan dalam negeri.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengungkapkan kepercayaan investor menguat terhadap ketahanan rupiah dalam menghadapi berbagai gejolak global beberapa pekan terakhir.
"Investor asing kembali masuk ke SBN [Surat Berharga Negara]," ujar Nanang kepada Bisnis.
Dalam 3 hari terakhir pekan lalu hingga Kamis, arus modal yang masuk ke pasar SBN telah mencapai lebih dari Rp7,5 triliun karena investor yakin rupiah terjaga stabil.
Selain itu, kondisi ini juga sejalan dengan langkah tegas yang diambil Bank Indonesia melalui intervensi ganda dan kenaikan suku bunga.
Sepanjang Mei 2018, BI telah menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps). Kenaikan 25 bps pertama diambil dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17 Mei 2018, sementara kenaikan 25 bps selanjutnya diputuskan dalam RDG tambahan pada 30 Juni 2018.
Dalam RDG tambahan, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan BI meyakinkan pasar dan investor serta semua pihak bahwa bank sentral akan tetap konsisten pada datanya untuk memastikan kebijakannya terukur.
"Kami akan pastikan BI akan pre-emptive, front loading, ahead the curve, untuk merespon perkembangan indikator domestik dan luar negeri," tegas Perry.
Dari konsistensi ini, Perry melihat pembelian SBN kembali cukup besar, harga saham membaik serta kepercayaan diri investor tumbuh kembali. "Itu juga sebagai wujud komitmen kami yang memang direspon baik oleh pelaku pasar."
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David E. Sumual menilai penguatan rupiah dipengaruhi oleh dua katalis utama. Pertama, faktor internal yakni keputusan RDG tambahan BI untuk menaikkan suku bunga acuan. Kedua, faktor eksternal yaitu pelemahan harga minyak dunia dan risalah rapat The Fed yang tidak mengubah kebijakan moneternya.
Selain itu, penguatan dipengaruhi oleh dana asing portofolio yang kembali masuk ke emerging market, termasuk Indonesia.
"Kelihatannya sementara ini sentimen untuk aset RI masih akan positif sambil menunggu perkembangan terkait data domestik dan perkembangan gejolak di Italia dan data ekonomi AS," kata David, Jumat (1/6/2018).