Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pekan Depan, Rupiah Diproyeksi Cenderung Menguat

Setelah mengalami fluktuasi yang cukup menegangkan pada pekan lalu, analis memproyeksikan sepekan ke depan (30 April4 Mei 2018) mata uang garuda cenderung bergerak dalam tren positif.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Setelah mengalami fluktuasi yang cukup menegangkan pada pekan lalu, analis memproyeksikan sepekan ke depan (30 April—4 Mei 2018) mata uang garuda cenderung bergerak dalam tren positif.

Tercatat, mata uang rupiah ditutup melemah 2 poin atau 0,01% menjadi Rp13.893 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat (27/4). Secara year-to-date (ytd), rupiah melemah 2,49%.

Pekan lalu, rupiah sempat bergerak menyentuh level Rp13.975 per dolar AS pada 23 April 2018 seiring dengan tekanan yang kuat akibat dolar AS yang terapresiasi terhadap sejumlah mata uang dunia.

Namun, terjadi 2 kali apresiasi, yakni pada 24 April 2018 dan 26 April 2018 karena Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi sehingga pelemahan tidak terlalu dalam.

Analis Asia Trade Point Futures (ATPF) Andri Hardianto menuturkan bahwa sepekan ke depan, mata uang rupiah cenderung bergerak menguat kendati harus tetap bersikap waspada.

“Sentimen positif datang dari wacana Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga. Wacana ini mendapat sedikit respon positif dari pelaku pasar,” papar Andri ketika dihubungi Bisnis, Minggu (29/4/2018).

Dilansir dari Bisnis.com, pihak BI memberi pernyataan bahwa apabila tekanan terhadap nilai tukar terus berlanjut serta berpotensi menghambat pencapaian sasaran inflasi dan mengganggu stabilitas sistem kauangan, maka akan ada penyesuaian suku bunga kebijakan BI-7DRR.

BI juga berpandangan adanya ekonomi dunia yang tengah mengarah pada keseimbangan baru dimana bunga sudah mulai akan dinaikkan sehingga Indonesia mesti mempersiapkan diri dalam menghadapinya.

Di samping itu, Andri menuturkan bahwa pembagian dividen oleh para emiten yang mereda turut memberi tenaga pada rupiah. Sebelumnya, pembagian dividen telah mendorong bergejolaknya rupiah yang diperkuat fakta bahwa hampir 50% investor di pasar saham Indonesia merupakan investor asing sehingga pembelian dolar AS meningkat.

“Pembagian dividen ini kemungkinan sudah tidak seperti pekan lalu sehingga dari sektor tersebut aksi beli dolar sudah cukup mereda,” ujar Andri.

“Dolar AS sudah price in. Secara teknikal juga, rupiah sempat menguat 2 hari di pekan lalu,” lanjutnya.

Kendati demikian, Andri menambahkan, rupiah tetap perlu waspada, apalagi menjelang Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan digelar pada 1—2 Mei mendatang dengan asumsi pasar yang masih sama bahwa adanya kemungkinan kenaikan suku bunga lebih dari 3 kali pada tahun ini.

“Diperkirakan pada sepekan ke depan, rupiah bergerak di kisaran Rp13.820—Rp13.900 per dolar AS,” tekasnya.

Andri berpendapat bahwa kendati cenderung mengalami penguatan, rupiah masih kesulitan menembus level Rp13.700 per dolar AS. Level tersebut menurutnya, kemungkinan bisa tercapai sekitar semester II/2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper