Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan China Melar, Perdagangan Karet Reli

Harga komoditas karet di Tokyo Commodity Exchange pengiriman September 2018 menguat 1,3% menjadi 181,5 yen per kilogram dari angka sebelumnya 180,9 yen per kilogram pada perdagangan Selasa (17/4/2018) pukul 11.18 WIB.Sepanjang tahun berjalan, tercatat harga karet merosot 15,53%.
Petani menoreh pohon karet di kawasan perkebunan kebun karet Jawi jawi, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Rabu (5/7)./ANTARA-Abriawan Abhe
Petani menoreh pohon karet di kawasan perkebunan kebun karet Jawi jawi, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Rabu (5/7)./ANTARA-Abriawan Abhe

Bisnis.com, JAKARTA – Harga komoditas karet di Tokyo Commodity Exchange pengiriman September 2018 menguat 1,3% menjadi 181,5 yen per kilogram dari angka sebelumnya 180,9 yen per kilogram pada perdagangan Selasa (17/4/2018) pukul 11.18 WIB.Sepanjang tahun berjalan, tercatat harga karet merosot 15,53%.

Dikutip dari Bloomberg, periode sebelumnya menunjukkan perdagangan berjangka mengalami penurunan 3% pada Senin (16/4/2018), penyusutan terbanyak sejak 23 Maret, kemudian pekan lalu bertambah 3,1% yang tercatat sebagai reli tebesar sejak 30 Maret.

“Data ekonomi terkuat di China meningkatkan optimisme bahwa permintaan akan meningkat,” ujar Gu Jiong, analis Yutaka Shoji, broker di Tokyo. Menurut Jiong permintaan diprediksi meningkat karena investor mengkhawatirkan ketatnya pasokan di Thailand karena produksi berkurang pada musim ini.

Pertumbuhan ekonomi China menguat di tengah tumbuhnya penjualan ritel. Perdagangan berjangka komoditas karet di Shanghai Futures Exchanges meningkat 0,1% menjadi 11,50 yuan per ton. Kemudian naik 1,5% pekan lalu, menjadi kenaikan terbesar mingguan kedua.

Angka itu tercatat mengalami kenaikan 21% secara year-to-date (ytd).

Kurs yen biasanya berpengaruh pada naiknya harga karet. Pada Selasa (17/4/2018) pukul 16.38 WIB, tercatat nilai yen melemah di hadapan dolar AS sebanyak 0,07 poin atau 0,07% menjadi 107,05 yen per dolar AS.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper