Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan kesehatan, PT Royal Prima siap melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Berperan selaku penjamin pelaksana emisi efek adalah PT Danatama Makmur Sekuritas.
Dari prospektus yang diterbitkan, Rabu (18/4/2018), perseroan berencana melepas sebanyak-banyaknya 2 miliar lembar saham atau setara dengan 47,71% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum perdana.
Saham tersebut merupakan saham baru dan dikeluarkan dari portepel perseroan dengan nilai nominal Rp100 setiap saham. Bersamaan dengan ini, perseroan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 600 juta Waran Seri I yang seluruhnya dikeluarkan dari portepel perseroan.
Pemilik Waran Seri I nantinya mempunyai hak untuk membeli saham perseroan dengan nilai nominal Rp100, yang dapat dilaksanakan 6 bulan atau lebih sejak efek diterbitkan, yakni mulai 14 November 2018 sampai dengan 14 Mei 2021.
Rencananya, masa penawaran awal atau bookbuilding period akan digelar pada 18 April hingga 2 Mei tahun ini dengan perkiraan tanggal efektif pada 4 Mei 2018. Adapun perkiraan masa penawaran adalah pada 7-9 Mei.
Perusahaan ini memiliki modal dasar 8,76 miliar lembar saham dengan nilai nominal Rp876,83 miliar. Adapun jumlah modal ditempatkan dan diseto penuh adalah 2,19 miliar saham dengan nilai nominal Rp219,2 miliar.
Baca Juga
"Dana yang dioperoleh dari hasil penawaran umum ini setelah dikurangi biaya emisi akan digunakan sekitar 40% untuk biaya akuisisi rumah sakit baru yang berlokasi di Medan, Pekanbaru, Jambi, Tangerang, Bekasi, Cikarang, Jakarta, dan daerah potensial lainnya," tulis perseroan.
Selain itu, sekitar 20% dana akan digunakan untuk pembelian peralatan medis dan infrastruktur teknologi informasi yang bertujuan untuk memperluas dan meningkatkan kualitas layanan, peralatan, dan fasilitas.
Perseroan juga akan menggunakan 20% dana untuk tambahan perolehan tanah yang nantinya akan digunakan untuk pembangunan rumah sakit.
Sebesar 20% dana untuk ekspansi pada rumah sakit yang ada dengan cara meningkatkan kapasitas tempat tidur di rumah sakit perseroan, penambahan lantai bangunan, atau perubahan konfigurasi ruangan, serta memperluas layanan spesialis.
"Sedangkan dana hasil pelaksanaan Waran Seri I seluruhnya akan digunakan untuk modal kerja dan atau untuk tambahan investasi baru baik akuisisi rumah sakit maupun tambahan perolehan tanah," imbuh perseroan.
Pendapatan perseroan untuk periode 11 bulan yang berakhir 30 November 2017 mencapai Rp160,74 juta, naik sebesar 28,97% dibandingkan periode yang sama pada 2016 yang hanya Rp124,63 juta. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan pasien rawat inap sebesar 19,69% dan rawat jalan sebesar 26,16%.
Laba tahun berjalan perseroan secara persentase adalah seiring dengan laba sebelum pajak, dengan penyebab operasional yang serupa dan juga dikarenakan struktur permodalan yang tidak memiliki pinjaman berbunmga yang dikategorikan sebagai liabilitas jangka panjang.
Adapun laba sebelum pajak pada 11 bulan tahun lalu senilai Rp26,26 juta, naik sebesar 91,74% dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni hanya Rp13,69 juta. Kenaikan laba ini disebabkan meningkatnya pendapatan dan terpangkasnya beban perseroan.
Sementara itu, total aset perseroan pada 30 November 2017 mencapai Rp309,64 juta, naik sebesar 709,27% dibandingkan per 31 Desember 2016 yang hanya Rp38,26 juta. Kenaikan ini disebabkan adanya pemasukan aset secara inbreng oleh pemegang saham.
Hingga saat ini, perusahaan yang berdiri sejak 2013 ini mengelola dua rumah sakit yang terletak di Medan dan Jambi, dengan target kapasitas pada akhir 2018 1.200 tempat tidur. Perseroan juga memiliki anak usaha yakni PT Royal Prima Jambi yang didirikan pada 2015 silam.