Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Tergelincir di Antara Ancaman Trump dan FOMC Minutes

Wall Street tergelincir dan berakhir memerah pada perdagangan Rabu (11/4/2018), setelah dua hari menguat, saat potensi aksi militer Amerika Serikat (AS) atas Suriah memicu kekhawatiran investor tentang risiko geopolitik terhadap ekonomi Amerika.
Bursa Saham AS Wallstreet/Reuters
Bursa Saham AS Wallstreet/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Wall Street tergelincir dan berakhir memerah pada perdagangan Rabu (11/4/2018), setelah dua hari menguat, saat potensi aksi militer Amerika Serikat (AS) atas Suriah memicu kekhawatiran investor tentang risiko geopolitik terhadap ekonomi Amerika.

Bursa saham AS juga terbebani risalah rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) 20-21 Maret yang memicu kekhawatiran tentang pandangan lebih hawkish atas kenaikan suku bunga.

Indeks Dow Jones Industrial Average berakhir melemah 0,9% atau 218,55 poin di level 24.189,45, indeks S&P 500 melandai 0,55% atau 14,68 poin di 2.642,19, sedangkan indeks Nasdaq Composite ditutup turun 0,36% atau 25,28 poin di level 7.069,03.

Presiden AS Donald Trump pada Rabu mengancam Rusia akan segera melakukan aksi militer di Suriah. Dalam akun Twitternya, Trump memperingatkan agar Rusia bersiap-siap atas datangnya rudal.

“Rusia bersumpah akan menembak jatuh semua rudal yang ditembakkan ke Suriah. Bersiaplah Rusia, karena mereka akan datang, dengan hebat dan “cermat!” Kalian tidak seharusnya bermitra dengan 'Gas Killing Animal' yang membunuh warganya dan menikmatinya!”, cuit Trump.

Meningkatnya ketegangan menyebabkan harga minyak melonjak, sekaligus mendorong saham energi naik 1%. Tetapi sentimen yang menghindari aset berisiko membebani imbal hasil obligas AS serta mendorong saham finansial turun 1,3%.

“Ada kegelisahan umum tentang apa yang mungkin terjadi dengan setiap serangan dan potensi eskalasi ketegangan dengan Rusia,” kata Anwiti Bahuguna, manajer portofolio senior di Columbia Threadneedle Investments.

Indeks saham utama Wall Street kian turun setelah risalah rapat FOMC (FOMC minutes) menunjukkan kekhawatiran di antara beberapa anggotanya, bahwa kenaikan inflasi mungkin memerlukan laju kenaikan suku bunga lebih cepat daripada yang diantisipasi.

Anggota Federal Reserve dengan suara bulat menaikkan biaya pinjaman sebesar seperempat persen poin serta menyatakan keyakinan bahwa ekonomi akan menguat dan inflasi akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang.
“Risalah rapat itu sedikit negatif,” kata John Carey, manajer portofolio di Amundi Pioneer Asset Management, seperti dikutip Reuters.

“Orang-orang telah berspekulasi bahwa karena gejolak di pasar yang diakibatkan ketidakpastian geopolitik, The Fed mungkin mempertimbangkan untuk berhenti atau memperlambat kenaikan suku bunga,” tambah Carey.

Investor selanjutnya menantikan musim laporan keuangan untuk memberikan dorongan berkelanjutan terhadap saham-saham AS. JPMorgan Chase & Co., Citigroup Inc, dan Wells Fargo & Co. akan merilis laporan keuangannya pada hari Jumat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper