Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan perdagangan proteksionisme Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dinilai dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global serta mengurangi permintaan minyak.
Dalam laporan pasar minyak bulanannya, organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) menyebutkan dampak potensial pengenaan tarif impor baja dan aluminium yang baru-baru ini diumumkan Trump sebagai satu dari sejumlah faktor penekan.
Faktor lain yang disebut dalam laporan tersebut di antaranya kenaikan suku bunga dan beberapa negara yang mencapai batas pertumbuhannya.
Tarif yang diberlakukan Trump disebut telah memicu kekhawatiran perang dagang dan perlambatan perdagangan internasional, saat negara-negara lain di seluruh dunia mengancam akan melancarkan tindakan serupa terhadap barang-barang AS.
“Perkembangan terkini terkait dengan perdagangan dapat memberi tantangan terhadap momentum pertumbuhan karena perdagangan global telah menjadi faktor penting yang berkontribusi terhadap ekonomi dunia,” jelas OPEC, seperti dikutip CNBC.
Peringatan tersebut muncul saat OPEC memproyeksikan pertumbuhan pasokan minyak mentah dari Amerika Serikat dan negara-negara non-OPEC lainnya akan melampaui kenaikan permintaan minyak global pada 2018.
Baca Juga
Hal ini menempatkan keseimbangan yang rapuh di pasar minyak seiring dengan risiko kelebihan pasokan dan menyeret harga minyak mentah turun.
Selama lebih dari satu tahun, OPEC telah bermitra dengan produsen lain termasuk Rusia untuk membatasi produksi serta mengikis kelebihan suplai global yang menjatuhkan harga minyak mulai tahun 2014.
Namun, produksi AS telah melonjak ke level rekornya di atas 10 juta barel per hari dalam beberapa bulan terakhir, melampaui output dari produsen terbesar OPEC, Arab Saudi.
Pada Rabu (14/3), OPEC menaikkan perkiraan pertumbuhan untuk produksi non-OPEC pada 2018 sebesar 280.000 barel per hari dari laporan bulan lalu. Pasokan minyak dari luar kartel dilihat tumbuh sebesar 1,66 juta barel per hari tahun ini.
Sementara itu, minat dunia terhadap minyak akan meningkat 1,6 juta barel per hari, menurut perkiraan OPEC.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang seperti China, India, dan Brasil tetap kuat. Namun, OPEC memperingatkan bahwa kenaikan suku bunga AS dapat menyebabkan investor menarik modal dari negara-negara tersebut.
Padahal, investasi asing menjadi pendorong aktivitas ekonomi dan permintaan minyak dalam negeri. Terlepas dari kekhawatiran ini, OPEC tetap optimistis.
“Meski demikian, momentum sehat saat ini dalam ekonomi global, bersamaan dengan upaya yang dilakukan oleh negara-negara OPEC dan non-OPEC di bawah Kesepakatan Kerjasama, mendukung penyeimbangan kembali fundamental pasar minyak,” tutur OPEC.
Output dari OPEC turun sekitar 77.000 barel per hari pada Februari, relatif stabil di jumlah 32,2 juta barel per hari, menurut data independen yang dikutip oleh kartel tersebut.