Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Melemah, Tenggat 50 Hari Trump ke Rusia Redakan Kekhawatiran Pasokan

Harga minyak melemah pada Selasa (16/7) setelah Presiden AS Donald Trump memberikan tenggat waktu 50 hari kepada Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melemah tipis pada Selasa (16/7/2025) setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan tenggat waktu 50 hari kepada Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina guna menghindari sanksi tambahan.

Langkah ini meredakan kekhawatiran akan gangguan pasokan jangka pendek.

Melansir Reuters, Rabu (17/7/2025), kontrak berjangka Brent ditutup melemah 50 sen atau 0,7% ke level US$68,71 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 46 sen atau 0,7% ke US$66,52 per barel.

Analis komoditas UBS Giovanni Staunovo mengatakan fokus pasar sepenuhnya tertuju pada Trump. Ada kekhawatiran bahwa ia akan langsung menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, tapi sekarang ia memberikan tenggat 50 hari.

“Ketakutan akan potensi pengetatan pasokan mendadak telah surut,” jelasnya.

Harga sempat terdongkrak oleh ekspektasi sanksi, namun kembali terkoreksi setelah pasar menilai bahwa sanksi masih bisa dihindari dalam tenggat waktu yang diberikan.

Menurut catatan analis ING, jika sanksi benar-benar diberlakukan, hal itu akan mengubah secara signifikan proyeksi pasar minyak global. Negara-negara seperti China, India, dan Turki—yang merupakan pembeli utama minyak Rusia—perlu mempertimbangkan manfaat membeli minyak murah dari Rusia dengan risiko kehilangan akses ekspor ke pasar AS.

Trump juga kembali menggencarkan perang dagang dengan mengumumkan paket senjata baru untuk Ukraina dan rencana tarif 30% atas sebagian besar barang dari Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus, memperluas daftar negara yang menjadi sasaran kebijakan proteksionis AS.

Pengenaan tarif yang luas berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan menurunkan permintaan energi, yang pada gilirannya dapat menekan harga minyak.

Dari sisi lain, Wakil Presiden Brasil Geraldo Alckmin menyatakan negaranya akan berupaya keras agar AS mencabut tarif 50% atas seluruh barang dari Brasil. Namun, Brasil juga membuka opsi untuk memperpanjang masa negosiasi.

Sinyal pelemahan ekonomi juga datang dari China, yang mencatat perlambatan pertumbuhan pada kuartal kedua. Meski begitu, analis IG Tony Sycamore menyebut data tetap di atas ekspektasi berkat stimulus fiskal dan percepatan produksi serta ekspor untuk mengantisipasi tarif AS.

“Data ekonomi China cukup positif untuk pasar semalam,” ujar Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.

Sementara itu, menurut laporan media Rusia, Sekjen OPEC menyebut permintaan minyak global diperkirakan tetap “sangat kuat” hingga kuartal ketiga, menjaga keseimbangan pasar dalam jangka pendek.

Dari sisi pasokan, data American Petroleum Institute (API) menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik 839.000 barel pekan lalu. Data resmi dari pemerintah AS akan dirilis pada Rabu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper