Bisnis.com, JAKARTA – Departemen Perdagangan Amerika Serikat mengusulkan untuk mengenakan bea masuk atau kuota terhadap baja dan aluminium yang masuk ke Negeri Paman Sam. Hal ini memicu China sebagai negara pengekspor terbesar dunia untuk bersiap terhadap keputusan akhir.
Dilansir dari Reuters, dalam proposal Departemen Perdagangan AS yang dikeluarkan pada Jumat (16/2/2018), Presiden AS Donald Trump direkomendasikan untuk memberlakukan pembatasan impor baja dan aluminium dari China dan negara—negara lain mulai dari penerapan tarif global dan spesifik berdasarkan negara hingga memperluas kuota impor.
Departemen Perdagangan AS mengusulkan tarif bea masuk paling sedikit 24% untuk seluruh produk baja dari semua negara, dan setidaknya 7,7% pada seluruh produk aluminium dari semua negara.
Menteri Perdagangan AS Wilber Ross mengatakan bahwa dalam kasus kedua industri tersebut, impor dapat mengancam dan memperlemah keamanan nasional. Rekomendasi tersebut dimaksudkan agar meningkatkan produksi aluminium dan baja AS hingga 80% kapasitas industri.
Saat ini, pabrik baja AS beroperasi hanya dengan kapasitas 73%, sementara pabrik aluminium beroperasi degan kapasitas 48%.
Trump akan mengambil keputusan akhir, termasuk terkait apakah akan mengecualikan negara—negara tertentu, seperti negara—negara sekutu NATO, dari setiap tindakan.
Trump memiliki waktu hingga 11 April untuk mengumumkan keputusannya mengenai pembatasan impor baja dan pada 20 April untuk memutuskan pembatasan aluminium.
Menanggapi laporan tersebut, Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa hal tersebut “baseless” dan tidak sesuai dengan fakta, sehingga Pemerintah Beijing akan mengambil langkah—langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingannya jika keputusan akhir tersebut bakal berpengaruh besar baginya.
“Jika keputusan akhir AS mempengaruhi kepentingan China, China harus mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi kepentingannya sendiri,” papar Kementerian Perdagangan China, tanpa memberi perincian.