Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mayoritas Mata Uang di Asia Melemah, Rupiah Ditutup Terdepresiasi

Rupiah ditutup melemah 0,16% atau 22 poin di Rp13.574 per dolar AS. Pagi tadi, rupiah dibuka dengan penguatan 0,01% atau 1 poin di posisi 13.551.
Model memegang uang rupiah kertas,/JIBI-Nurul Hidayat
Model memegang uang rupiah kertas,/JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (12/12/2017) seiring dengan pergerakan mata uang di Asia.

Rupiah ditutup melemah 0,16% atau 22 poin di Rp13.574 per dolar AS. Pagi tadi, rupiah dibuka dengan penguatan 0,01% atau 1 poin di posisi 13.551.

Adapun pada perdagangan Senin (11/12), rupiah ditutup melemah hanya 0,01% atau 2 poin ke level Rp13.552 per dolar AS. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.546 – Rp13.581 per dolar AS.

Sejalan dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia juga melemah peso Filipina memimpin depresiasi sebesar 0,22%, berdasarkan data Bloomberg. Pelemahan peso diikuti rupiah dan rupee India yang melemah 0,14%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau bergerak di zona merah dengan pelemahan 0,09% atau 0,081 poin ke 93,785 pada pukul 16.44 WIB.

Pergerakan dolar cenderung datar menjelang dimulainya pertemuan Federal Reserve AS selama dua hari. The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk kelima kalinya sejak akhir 2015.

Dilansir Reuters, investor akan mengawasi penilaian the Fed terhadap kondisi ekonomi karena hal itu dapat mengubah pandangan pasar mengenai jalur suku bunga masa depan.

"Meskipun kami tidak mengharapkan Janet Yellen untuk terlalu memodifikasi pilihannya dalam bahasa yang bijaksana, rencana pemangkasan pajak  dapat memungkinkan keyakinan yang jauh lebih besar terhadap kecepatan normalisasi kebijakan," kata Neil Mellor, analis mata uang senior di BNY Mellon, seperti dikutip Reuters. 

“Karena penaikan suku bunga pekan ini telah diperkirakan oleh pasar, dolar bisa turun setelah pengumuman kebijakan the Fed,” kata Steven Dooley, pakar strategi mata uang untuk Western Union Business Solutions di Melbourne.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper