Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara berhasil membukukan rebound pada akhir perdagangan Senin (6/11/2017), seiring dengan penguatan harga minyak mentah serta laporan mengenai ancaman gangguan suplai di Afrika Selatan.
Pada perdagangan Senin, harga batu bara untuk kontrak Oktober 2018, kontrak teraktif di bursa komoditas Rotterdam, ditutup menguat 1,94% atau 1,60 poin di US$84/metrik ton.
Harga batu bara kontrak Oktober 2018 mengalami penguatan pertama di hari ketiga setelah tertekan selama dua hari perdagangan berturut-turut sebelumnya.
Perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan listrik dan produk migas, Energi Danmark, dalam situs resminya melaporkan bahwa pasar terus memantau kondisi di Afrika Selatan.
“Aksi pemogokan yang terjadi di wilayah tersebut dapat menyebabkan suplai global terganggu secara signifikan,” papar Energi Danmark, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (7/11/2017).
Afrika Selatan diketahui sebagai salah satu negara penghasil sekaligus pengekspor terbesar di dunia untuk komoditas ini. Sebelumnya diberitakan, para penambang di wilayah tersebut mengancam untuk berhenti bekerja karena tidak adanya kesepakatan mengenai kondisi kerja dengan atasan mereka.
Sejalan dengan batu hitam, harga minyak mentah Amerika Serikat menanjak dan menembus US$57 per barel pada perdagangan Senin, didorong serangkaian kejadian yang dimulai dengan penangkapan di kalangan elit Arab Saudi.
Harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Desember 2017 berakhir melonjak 3,1% atau US$1,71 di level US$57,35 per barel di New York Mercantile Exchange, dengan total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 27% di atas rata-rata 100 hari perdagangan.
Adapun minyak Brent untuk pengiriman Januari 2018 ditutup melonjak 3,54% atau US$2,20 di level US$ 64,27 di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London, kenaikan terbesar sejak Juli.
Puluhan pangeran, menteri pemerintah dan miliuner ditangkap dalam penyelidikan anti korupsi, termasuk pejabat tinggi yang terlibat dengan produsen minyak negara Saudi Aramco.
John Kilduff, partner di Again Capital LLC, mengatakan penangkapan petinggi Arab Saudi meningkatkan ‘momok’ ketidakstabilan di kerajaan Saudi.
"Ini adalah putaran lain dari hal yang mengejutkan yang dapat meningkatkan pasar minyak mentah yang sedang tegang ini,” ungkapnya, seperti dikutip Bloomberg.
Selain guncangan yang melibatkan eksportir minyak mentah terbesar di dunia ini, janji menteri urusan perminyakan Nigeria untuk menghentikan produksi ditambah dengan pelemahan dolar AS menambah momentum kenaikan harga miinyak selama sesi perdagangan.
"Risiko pasokan geopolitik mulai ada di pasar saat ini karena pemangkasan pasokan OPEC telah membuatnya relevan," kata Michael Loewen, analis komoditas Scotiabank kepada Bloomberg.
“Sekarang OPEC telah membatasi penawaran dan permintaan terus tumbuh lebih tinggi dari waktu ke waktu, kita mendekati keseimbangan pasar dan ini berarti risiko pasokan lebih penting,” lanjutnya.
Minyak telah naik selama empat pekan berturut-turut di New York di tengah tanda-tanda berkurangnya pasokan global sebagai respons terhadap pemangkasan output yang diterapkan oleh OPEC dan sekutunya termasuk Rusia.
Pada pertemuan OPEC 30 November mendatang, Arab Saudi, Irak dan pemasok utama lainnya diharapkan membuat perpanjangan batas melampaui Maret 2018.
Seperti diketahui, harga batu bara bisa mengikuti gerak minyak mengingat dampaknya pada biaya produksi dan pengangkutan serta pengaruh terhadap sentimen secara keseluruhan dalam pasar energi.
Pergerakan harga batu bara kontrak Oktober 2018 di bursa Rotterdam
Tanggal | US$/MT |
6 November | 84,00 (+1,94%) |
3 November | 82,40 (-2,08%) |
2 November | 84,15 (-0,82%) |
Sumber: Bloomberg