Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

API Laporkan Penurunan Stok, Harga Minyak WTI Dekati Level 52

Pergerakan harga minyak mentah Amerika Serikat lanjut menguat pada perdagangan pagi ini, Rabu (18/10/2017), menyusul laporan industri yang menunjukkan penurunan jumlah persediaan minyak mentah AS.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga minyak mentah Amerika Serikat lanjut menguat pada perdagangan pagi ini, Rabu (18/10/2017), menyusul laporan industri yang menunjukkan penurunan jumlah persediaan minyak mentah AS.

Harga minyak WTI untuk pengiriman November diperdagangkan di US$51,99 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 4.42 sore waktu setempat, setelah berakhir di posisi 51,88 per barel pada akhir perdagangan Selasa (17/10), level tertinggi dalam lebih dari dua pekan.

Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 5% di bawah rata-rata 100 hari.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Desember ditutup naik 6 sen di US$57,88 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Dilansir Bloomberg, harga minyak WTI diperdagangkan mendekati level US$52 dalam perdagangan after market di New York menyusul rilis data dari American Petroleum Institute (API) pada hari Selasa waktu setempat.

Data API menunjukkan stok minyak mentah turun sebesar 7,13 juta barel pekan lalu, sementara persediaan bensin dan minyak sulingan meningkat.

Gambaran penurunan stok minyak mentah dengan jumlah tersebut akan menjadi yang terbesar sejak pertengahan Agustus, jika dikonfirmasikan oleh data Energy Information Administration yang akan dirilis pada hari ini.

“Tren persediaan sudah bullish, namun harga tidak bereaksi kuat,” ujar Kyle Cooper, direktur perusahaan riset IAF Advisors, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (18/10/2017).

Sebelumnya, harga minyak sempat turun di tengah kabar bahwa pihak Kurdi setuju untuk kembali ke perbatasan Irak pada 2003.

Menurut pernyataan Kementerian Perminyakan, Irak telah menyerukan kerja sama untuk menjaga ekspor di bagian utara negara tersebut terus mengalir setelah pemerintah memperoleh kembali kendali atas ladang minyak dan fasilitas energi di Kirkuk, yang akan memungkinkan lebih banyak investasi serta meningkatkan ekspor.

“Ini adalah indikator yang cukup kuat bahwa konflik tidak akan berlanjut dan penurunan sementara pada produksi akan pulih,” kata James Williams, presiden perusahaan riset energi berbasis di London, WTRG Economics.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper