Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laporan EIA Diprediksi Suportif, Harga Minyak Menguat

Harga minyak mentah di New York menguat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), saat para pedagang mengantisipasikan penurunan lanjutan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS).
Harga Minyak WTI/Reuters
Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah di New York menguat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), saat para pedagang mengantisipasikan penurunan lanjutan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS).

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September ditutup menguat 27 sen di US$47,64 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 14% di atas rata-rata pergerakan 100 hari.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Oktober berakhir menguat 21 sen di US$51,87 per barel, di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Laporan resmi pemerintah AS yang dirilis Rabu waktu setempat diperkirakan akan menunjukkan penurunan stok minyak mentah untuk pekan kedelapan.

Menurut perkiraan rata-rata dalam survey Bloomberg, pasokan minyak mentah nasional kemungkinan turun sekitar 3,5 juta barel pada pekan lalu. Data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan, stok telah menurun selama tujuh pekan berturut-turut seiring dengan puncak musim berkendara di AS.

Sementara persediaan telah berkurang, produksi minyak namun masih berada di level tertinggi sejak Juli 2015.

Penguatan harga minyak dibatasi kabar bahwa pipa yang menghubungkan ladang minyak Sharara di Libya ke pelabuhan Zawiya telah dibuka kembali setelah ditutup pada Selasa.

“Pasar mencoba memposisikan diri terhadap jumlah persediaan dan investor menunggu untuk melihat apakah kita akan terus melihat penurunan stok minyak mentah,” ujar Paul Crovo, analis minyak dan ekuitas di PNC Capital Advisors LLC., seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (23/8/2017).

“Situasi di Libya terus menyoroti fakta bahwa ketika kita telah melihat peningkatan dalam produksi Libya, yang menjadi pertanyaan kunci adalah kemampuan negara itu untuk mempertahankan produksi,” lanjutnya.

Harga minyak di New York telah bertahan di bawah US$50 per barel saat investor mencermati upaya pemangkasan pasokan oleh OPEC dan sejumlah negara non-OPEC terhadap kenaikan produksi minyak shale AS, berikut pemulihan produksi Libya dan Nigeria yang dibebaskan dari kesepakatan OPEC.

Sementara itu, Komite Teknis Gabungan OPEC dan negara-negara non-OPEC yang bertemu di Wina pada hari Senin diinformasikan melihat tingkat kepatuhan terhadap kesepakatan tersebut mencapai 94% pada Juli dibandingkan dengan 98% pada bulan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper