Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Performa Bank Menurun, Bursa China Berakhir Melemah

Pergerakan sejumlah indeks saham acuan China berakhir di posisi lebih rendah pada perdagangan hari ini (Rabu, 9/8/2017), tertekan oleh turunnya performa bank di tengah kekhawatiran bahwa pihak regulator akan terus menindak risiko utang.
Bursa China SHCI/Reuters
Bursa China SHCI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan sejumlah indeks saham acuan China berakhir di posisi lebih rendah pada perdagangan hari ini, Rabu (9/8/2017), tertekan oleh turunnya performa bank di tengah kekhawatiran bahwa pihak regulator akan terus menindak risiko utang.

Indeks CSI 300 di Shenzhen yang berisi saham-saham bluechip berakhir turun 0,03% atau 1,17 poin di level 3.731,04, setelah dibuka dengan pelemahan 0,11% di posisi 3.728,03.

Adapun indeks Shanghai Composite ditutup melemah 0,19% atau 6,30 poin di level 3.275,57, setelah dibuka turun 0,12% di posisi 3.277,81.

Sub-indeks finansial turun 1,1%. Data inflasi konsumen hari ini terlihat memberi banyak ruang bagi pembuat kebijakan untuk mempertahankan kontrol yang diberlakukan awal tahun ini demi menahan risiko dari kenaikan utang yang cepat.

Ketika upaya pemerintah China di masa lampau untuk mengekang bentuk pembiayaan dan spekulasi yang lebih berisiko telah memudar seiring berjalannya waktu, para analis percaya bahwa langkah terkininya akan memiliki lebih banyak daya tahan.

Sejumlah ekonom telah memperingatkan bahwa beban utang China ada pada tingkat yang telah memicu krisis di negara-negara lain.

Sementara itu, indeks harga produsen naik 5,5% pada Juli dibandingkan dengan setahun sebelumnya, sedangkan indeks harga konsumen naik 1,4%.

Indeks harga produsen China stabil ditopang oleh lonjakan harga komoditas, seiring dengan tetap bertahannya permintaan serta dorongan pemerintah untuk mengurangi kapasitas industri.

“Angka inflasi hari ini sedikit lebih baik dari ekspektasi, dan menunjukkan bahwa pada dasarnya tidak ada tekanan inflasi. Kemungkinan bank sentral akan melanjutkan kebijakan moneter yang tidak ketat ataupun longgar,” kata Zhang Gang, seorang analis di China Central Securities, dikutip dari Reuters.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper