Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelambatan Pertumbuhan Konsumsi: Emiten Ritel Masih Oke

Isu pelemahan daya beli masyarakat serta persaingan yang kian sengit dengan peritel dalam jaringan atau peritel online membayangi kinerja emiten peritel sepanjang tahun ini.
Gerai Hero Supermarket/JIBI
Gerai Hero Supermarket/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA--Isu pelemahan daya beli masyarakat serta persaingan yang kian sengit dengan peritel dalam jaringan atau peritel online membayangi kinerja emiten peritel sepanjang tahun ini. Kendati demikian, sebagian emiten masih mampu berkelit dan membukukan kinerja prima.

Penetrasi internet yang semakin meluas di Indonesia serta perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin melek teknologi secara drastis telah mengubah cara masyarakat berbelanja kebutuhan sehari-hari.

Meski data yang akurat belum cukup tersedia, mudah untuk menyimpulkan bahwa berbelanja online saat ini semakin diterima masyarakat. Indikatornya bisa dilihat dari kian menjamurnya situs belanja online, perusahaan ekspedisi, dan cerita-cerita sukses para pebisnis online di Internet.

Gejala ini banyak dikuatirkan akan mengancam eksistensi dari para peritel konvensional, baik peritel raksasa maupun kelas menengah, termasuk yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia.

Ditambah lagi anomali pelemahan daya beli di tengah banyaknya indikator ekonomi yang justru membaik, pasar pun bertanya, seperti apa kinerja dari emiten ritel sepanjang paruh pertama tahun ini?

Dari 10 emiten peritel di sektor fesyen dan kebutuhan rumah tangga yang telah merilis laporan keuangannya untuk semester pertama tahun ini, sulit untuk secara sederhana menyimpulkan adanya efek yang seragam dari gempuran peritel online dan pelemahan daya beli. (lihat tabel)

Dari kesepuluh emiten tersebut, hanya dua emiten yang tercatat membukukan penurunan pendapatan secara tahunan pada semester pertama tahun ini, yakni PT Hero Supermarket Tbk. (HERO) dan PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA).

Kendati demikian, dari segi perolehan laba bersih, tercatat ada empat emiten yang melaporkan penurunan kinerja. Satu di antaranya, yakni MPPA bahkan membukukan kerugian hingga Rp169,83 miliar, berbalik dari kinerja tahun lalu yang masih untung Rp24,89 miliar. (Lihat tabel)

Rata-rata emiten membukukan pertumbuhan pendapatan di bawah 20% secara tahunan, kecuali PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. (DNET) yang justru membukukan pertumbuhan pendapatan fantastis hingga 145,21%.

Meski begitu, setelah MPPA, laba DNET juga justru tergerus paling dalam hingga 71,03% lantaran beban yang meningkat tajam dan penurunan bagian laba yang signifikan dari entitas asosiasi.

Jika ditotalkan, kesepuluh emiten ritel ini membukukan pertumbuhan pendapatan dan laba masing-masing hingga 27,08% dan 13,84%. Kinerja terbaik dibukukan oleh PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) dan PT Hero Supermarket Tbk. (HERO) yang masing-masing membukukan pertumbuhan laba bersih 278,01% dan 258,69%.

Kiswoyo Adi Joe, Analis Recapital Sekuritas, menilai bahwa bila menimbang kinerja dari emiten-emiten ritel pada paruh pertama tahun ini, masih sulit untuk disimpulkan bahwa penurunan kinerja sejumlah emiten adalah karena peralihan konsumen ke situs belanja online.

Lagi pula, belum ada data resmi yang terpublikasikan terkait total pengiriman oleh perusahaan ekspedisi yang bisa mencerminkan tinggi atau rendahnya arus perdagangan melalui situs belanja online.

Oleh karena itu, tuturnya, cara terbaik untuk mengukur apakah kinerja emiten ritel tahun ini cukup optimal atau tidak, atau apakah telah terjadi peralihan yang massif ke situs berbelanja online, adalah dengan menanti data pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk semester pertama tahun ini.

“Kalau ekonomi kita tumbuh, berarti benar ada terjadi peralihan ke situs online ini, karena seharusnya potensi pertumbuhan peritel ini bisa lebih tinggi dari yang sekarang,” katanya, Rabu (2/7/2017).

Bila kenyataannya pertumbuhan ekonomi kuartal kedua justru cenderung melambat, maka penurunan kinerja emiten ritel boleh jadi karena volume penjualan riil yang turun atau bahkan karena penurunan volume produksi seiring persepsi yang pesimistis terhadap perekonomian.

Christine Natasya, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, memutuskan untuk menurunkan penilaian atas sektor ritel dari semula overweight menjadi netral. Dirinya menilai, kendati sejumlah emiten masih mencatatkan kinerja positif, tantangan yang akan dihadapi ke depan akibat kehadiran peritel online kian meningkat.

Apalagi, pemerintah telah menargetkan gross merchandize value (GMV) e-commerce pada 2020 mendatang akan mencapai US$130 miliar. Nilai ini akan menempatkan Indonesia menjadi pasar e-commerce nomor tiga terbesar di Asia setelah China dan India.

Menurutnya, meski saat ini peritel-peritel besar sudah mulai merespon tantangan dan peluang baru di sektor e-commerce, tetapi pemain e-commerce yang jauh lebih besar dan telah lebih dahulu popular akan tetap menang sebab lebih difavoritkan dan didukung investasi besar.

“Meskipun sektor e-commerce masih kecil dan sebagian besar transaksi e-commerce masih berasal dari aplikasi media sosial, kami yakin e-commerce menjadi hambatan toko-toko peritel karena perkembangannya yang cepat di Indonesia,” katanya.

Secara umum, indeks sektor consumer goods industry di Bursa Efek Indonesia sepanjang tahun ini tumbuh relatif terbatas, yakni hanya 4,36% ytd. Tingkat pertumbuhan ini lebih rendah atau underperform dibandingkan pertumbuhan IHSG yang mencapai 9,96%.

Di antara kesepuluh emiten ritel tersebut, lima di antaranya membukukan kinerja positif sepanjang tahun berjalan, sementara sisanya negatif. DNET tercatat sebagai emiten dengan return tertinggi mencapai 113,64% ytd.

Kendati persaingan dengan peritel online sudah tidak dapat lagi disangkal, tetapi catatakan kinerja emiten ritel yang terefleksikan dalam laporan keuangannya yang positif pada semester pertama tahun ini masih memberi optimisme bahwa sektor ini masih menjanjikan.

Di sisi lain, perolehan pajak pertambahan nilai (PPN) pada semester pertama tahun ini justru tumbuh 13,5% yang sejatinya mengindikasikan adanya peningkatan transaksi jual beli di masyarakat. Kinerja sejumlah emiten ritel yang masih cukup memuaskan sepanjang tahun ini tentu mengonfirmasi hal tersebut sekaligus menepis anggapan adanya pelemahan daya beli.

Selanjutnya, pasar tentu menanti kelanjutan kinerja emiten-emiten ritel ini di sisa tahun ini, apakah akan cenderung terpuruk atau justru bangkit dan mempertegas posisi pangsa pasarnya di kalangan konsumen.

Kinerja Keuangan Emiten Ritel Semester I/2017 (dalam Rp miliar)

Nama Emiten

 Pendapatan Semester I

 Laba Bersih Semester I

2017

2016

%

2017

2016

%

RALS

           2,972

         2,765

7.49%

           369

           254

45.15%

MIDI

           4,812

         4,066

18.35%

              34

              32

7.87%

RANC

           1,091

         1,034

5.51%

              19

              26

-29.16%

MAPI

           7,713

         6,661

15.79%

           175

              46

278.01%

ACES

           2,733

         2,313

18.16%

           328

           238

37.64%

AMRT

        30,519

      26,870

13.58%

              76

              90

-16.38%

HERO

           6,923

         7,201

-3.86%

              71

              20

258.69%

MPPA

           6,716

         6,923

-2.99%

         (170)

              25

-782.32%

DNET

        22,547

         9,195

145.21%

              31

           105

-71.03%

LPPF

           5,737

         5,179

10.77%

        1,338

        1,157

15.64%

Total

        91,763

      72,207

27.08%

        2,270

        1,994

13.84%

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper