Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melonjak lebih dari 1% pada perdagangan siang ini (Jumat, 7/4/2017), setelah Amerika Serikat (AS) meluncurkan puluhan rudal jelajah ke pangkalan udara di Suriah.
Harga minyak WTI kontrak Mei 2017 naik tajam 1,55% atau 0,80 poin ke US$52,50 per barel pada pukul 12.32 WIB, setelah dibuka stagnan di posisi 51,70.
Patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak Juni 2017 turut menguat 1,37% atau 0,75 poin ke US$55,64, setelah dibuka turun tipis 0,02% atau 0,01 poin di posisi 54,88.
Presiden AS Donald Trump menyatakan telah memerintahkan serangan rudal terhadap pangkalan udara Suriah, tempat diluncurkannya senjata kimia mematikan awal pekan ini, serta menegaskan bahwa langkahnya itu menjadi kepentingan keamanan nasional AS terhadap rezim Bashar al-Assad.
“Serangan rudal jelajah AS telah menyebabkan lonjakan pada harga minyak mentah [hari ini],” ujar Jeffrey Halley, senior market analyst OANDA, seperti dikutip dari Reuters, seraya menambahkan bahwa serangan itu berpotensi memberi dampak besar bagi pasar minyak.
Suriah telah membatasi produksi minyaknya, namun lokasinya yang terletak di Timur Tengah beserta aliansi dengan sejumlah produsen teratas minyak menimbulkan kekhawatiran tentang meluasnya konflik yang dapat menganggu pengiriman minyak mentah.
“Respon apakah yang akan diberikan Iran dan Rusia, dua dari produsen minyak terbesar di dunia serta sekutu setia dari rezim Assad? Kita harus menantikan jawabannya,” tambahnya.
Serangan AS tersebut telah menggoyang pasar global, sedangkan produk-produk safe haven seperti emas melonjak sedangkan pasar saham dan dolar AS merosot.
“Selain sektor energi, para investor telah bergerak ke sektor defensif hari ini, khususnya utilitas dan penambang emas,” ujar Gary Huxtable, client adviser Atlantic Pacific Securities Australia.
Menurut pejabat AS, pihak militer telah menembakkan 59 rudal jelajah terhadap pangkalan udara Suriah Jumat pagi, sebagai respon atas serangan gas beracun pada Selasa yang telah membunuh puluhan warga sipil.