Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO 30 Maret 2017 Merosot 2,28%

Harga minyak kelapa sawit (CPO) menyentuh level terendah baru sepanjang 2017 seiring dengan merosotnya harga minyak kedelai dan proyeksi pemulihan suplai terutama pada semester II.

Bisnis.com, JAKARTA--Harga minyak kelapa sawit (CPO) menyentuh level terendah baru sepanjang 2017 seiring dengan merosotnya harga minyak kedelai dan proyeksi pemulihan suplai terutama pada semester II.

 Pada penutupan perdagangan Bursa Malaysia, Kamis (30/3), harga CPO kontrak Juni 2017 turun 62 poin atau 2,28% menuju 2.659 ringgit (US$601,58) per ton. Ini merupakan level terendah baru sepanjang 2017. Sepanjang tahun berjalan, harga CPO terkoreksi 9,86%.

 Agus Chandra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan harga CPO menurun seiring dengan sentimen negatif dari menurunnya harga minyak kedelai. Pada perdagangan Kamis (30/3) pukul 17:30 WIB, harga minyak kedelai kontrak Mei 2017 di bursa CBOT menurun 1,15% menuju US$31,84 sen per pon.

 Di sisi lain, harga tertekan oleh proyeksi meningkatnya suplai CPO global setelah mengalami cuaca kering akibat El Nino. Meskipun pemulihan normal baru akan terjadi pada semester II/2017, pasar sudah mengantisipasi sejak awal.

 "Harga anjlok karena sentimen negatif dari harga minyak kedelai sebagai komoditas subtitusi. Di samping adanya pemulihan pasokan CPO global dari Malaysia dan Indonesia," tuturnya saat dihubungi, Kamis (30/3/2017).

 Sebetulnya, harga CPO mendapatkan sentimen positif dari Indonesia sebagai produsen dan eksportir terbesar di dunia yang menurunkan tarif bea keluar (BK). Menurut Agus, sentimen ini akan memacu sisi permintaan.

 Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, harga referensi produk CPO untuk periode April 2017 dipatok sebesar US$762,88 per ton, turun US$63,02 atau 7,63% dari bulan sebelumnya senilai US$825,9 per ton. Adapun bea keluar turun menjadi US$3 per ton dari Maret 2017 sebesar US$18 per ton. Harga referensi dan bea keluar tersebut berlaku pada tanggal 1--30 April 2017. 

 Menurut Agus penurunan BK cukup dapat menopang harga CPO kendati masih tarik menarik dengan sentimen pemulihan suplai. Pada kuartal II/2017, harga diperkirakan berpeluang mengalami pelemahan terbatas dengan level support 2.530 ringgit per ton dan level resistance 2.800 ringgit per ton.

 Sisi permintaan juga bakal meningkat pada kuartal kedua karena tingginya konsumsi negara-negara dengan penduduk mayoritas muslim menjelang Ramadhan. Bulan puasa pada tahun ini jatuh pada tanggal 27 Mei—24 Juni 2017.

 “Harga pada kuartal kedua terutama ditopang kenaikan permintaan. Pelemahan memang masih ada, tetapi cukup terbatas,” ujarnya.

 Dalam jangka panjang, harga juga didukung oleh pelemahan mata uang ringgit. Mayoritas CPO diperuntukkan bagi pasar ekspor, sehingga depreresiasi ringgit memacu pembelian dari negara yang menggunakan mata uang lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper