Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Libur Imlek, Harga Logam Tertekan

Harga komoditas logam diperkirakan mengalami tekanan dalam waktu dekat akibat menurunnya proyeksi permintaan China, sebagai konsumen terbesar di dunia, selama libur Tahun Baru Imlek.

Bisnis.com, JAKARTA--Harga komoditas logam diperkirakan mengalami tekanan dalam waktu dekat akibat menurunnya proyeksi permintaan China, sebagai konsumen terbesar di dunia, selama libur Tahun Baru Imlek.

Pada penutupan perdagangan Selasa (16/1), harga tembaga di London Metal Exchange (LME) menurun 44 poin atau 0,74% menuju US$5.865 per ton. Sementara harga seng terkoreksi 40,5poin atau 1,45% menjadi US$2.750 per ton. Adapun harga nikel turun 190 poin atau 1,82% menjadi US$10.260 per ton.

Huatai Futures dalam publikasinya memaparkan, tingkat permintaan logam kini memasuki musim yang rendah dan stok di dalam negeri China mengalami pertumbuhan. Reli harga logam yang terjadi dalam waktu dekat diperkirakan bakal mengalami tekanan.

"Ada risiko produksi smelter terus meningkat di tengah melemahnya permintaan. Prospek konsumsi dibayangi oleh liburan Imlek," papar riset seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (17/1/2017).

Tahun Baru Imlek yang jatuh pada tanggal 28 Januari 2017. Libur panjang dalam rangka perayaan berlangsung 7 hari mulai 27 Januari.

Namun demikian, harga logam masih berpeluang mengalami penguatan dalam jangka panjang akibat naiknya konsumsi serta belanja infrastruktur di AS dan China pada tahun ini.

Dalam riset berbeda, RBC Capital Markets memaparkan, secara musiman permintaan akan mulai mengalami peningkatan pada awal tahun, sehingga mendorong penguatan harga. Proyeksi pertumbuhan ekonomi dari dua negara raksasa, AS dan China, turut mendongkrak sisi konsumsi.

Di China, tingkat produksi baja bakal berkurang sampai paruh pertama 2017 akibat kendala cuaca. Namun, reli harga logam dapat tertekan oleh penguatan dolar AS akibat sentimen hawkish Federal Reserve yang mengerek suku bunga tiga kali pada tahun ini.

"Dengan melihat sentimen-sentimen yang ada, harga logam kami perkirakan akan menguat sampai kuartal pertama 2017," tulis RBC.

Bank Dunia memprediksi secara keseluruhan harga komoditas sejak 2016 mengalami perbaikan akibat lebih stabilnya tingkat pasokan. Harga logam dan mineral diperkirakan meningkat 4,1% pada 2017.

Harga seng diperkirakan masih menjadi primadona dengan peningkatan lebih dari 20% akibat penutupan sejumlah tambang besar dan penurunan produksi. Tahun lalu, harga menguat 60,1%, tertinggi di antara logam lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper