Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PELEMAHAN RUPIAH: Tekanan FOMC Ditambah Tingginya Permintaan Dolar

Permintaan dolar Amerika Serikat yang cukup tinggi dari dalam negeri diprediksi menjadi faktor yang membuat mata uang rupiah melemah terhadap dolar AS. Adapun, mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi.
Rupiah/Bisnis
Rupiah/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA— Permintaan dolar Amerika Serikat yang cukup tinggi dari dalam negeri diprediksi menjadi faktor yang membuat mata uang rupiah melemah terhadap dolar AS. Adapun, mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi.

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 43 poin atau 0,32% ke Rp13.608 per dolar AS pada perdagangan Jumat (20/5/2016). Pergerakan mata uang Garuda itu sejalan dengan sejumlah mata uang di kawasan regional Asia. Terlihat baht Thailand, dolar Singapura dan ringgit Malaysia juga ikut melemah.

Sementara, peso Filipina menguat 0,20% pada pukul 15.50 dan dolar Taiwan menguat 0,58% pada pukul 14.59. Pada pukul 14.19 WIB, sebagian besar mata uang Asia lainnya sempat menunjukkan penguatan.

Ekonom PT Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih mengatakan notulensi FOMC minutes yang keluar kemarin memang menjadi salah satu alasan kuat pelemahan rupiah hingga penutupan hari ini. Namun demikian, permintaan dolar AS yang tinggi dari dalam negeri menjadi faktor utama rupiah melemah di tengah penguatan beberapa mata uang Asia lainnya.

“Kalau pergerakan rupiah tidak searah dengan regional, ada faktor dalam negeri. Saat ini sudah mendekati Juni, permintaan dolar AS banyak dari dalam negeri, banyak korporasi buat bayar utang, untuk repatriasi, impor, ada permintaan, ditambah harga minyak mentah naik,” katanya saat dihubungi Bisnis.com, Jumat (20/5/2016).

Terkait sentimen dari the Fed, dia melihat saat ini sudah netral. Kemarin memang membuat pasar kaget lantaran kenaikan suku bunga bank sentral AS diprediksi naik mendekati akhir tahun. Namun ternyata ada notulensi yang mengindikasikan naik pada Juni 2016. “Banyak yang tidak menyangka saja, makanya khawatir.”

Menurutnya, pemerintah dan BI tidak perlu melakukan intervensi berlebihan. Yang perlu dilakukan adalah menahan volatilitas agar tidak berlebihan. Pasalnya, bila permintaan lagi tinggi kemudian diintervensi, hal tersebut malah akan membuat rupiah tambah melemah.

Dia berharap pelemahan bisa mulai terbatas. “Saya tidak berharap pelemahan lebih jauh, kalau Rp13.600-Rp13.800 masih oke,” lanjutnya.

Senada, Ekonom Bank Permata Josua Pardede menuturkan biasanya pada Mei menjelang Juni pasar memang tengah terkoreksi. Baik di pasar saham, maupun yang terkait dengan nilai tukar rupiah. “Mendekati Mei Juni memang rata-rata cenderung turun karena banyak permintaan dolar juga, ini menambah sentimen yang ada,” lanjutnya.

 

Berikut kurs rupiah di pasar spot:

 

Tanggal

Level (Rp/US$)

Perubahan (%)

20 Mei

13.608

-0,32

19 Mei

13.565

-1,38

18 Mei

13.380

-0,64

17 Mei

13.295

+0,11

16 Mei

13.310

+0,11

 

 

Sumber: Bloomberg,2016

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper