Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Belum Pulih, Target Produksi Adaro Energy Flat

Emiten tambang batu bara berkapitalisasi pasar Rp19,03 triliun, PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) membidik target produksi pada tahun ini flat bila dibandingkan dengan realisasi tahun lalu lantaran harga komoditas tersebut belum membaik.
Presdir Adaro Energy Garibaldi Boy Thohir saat berkunjung ke redaksi Bisnis Indonesia, Kamis (15/10)/JibiPhoto-Endang Muchtar
Presdir Adaro Energy Garibaldi Boy Thohir saat berkunjung ke redaksi Bisnis Indonesia, Kamis (15/10)/JibiPhoto-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten tambang batu bara berkapitalisasi pasar Rp19,03 triliun, PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) membidik target produksi pada tahun ini flat bila dibandingkan dengan realisasi tahun lalu lantaran harga komoditas tersebut belum membaik.

Direktur Utama Adaro Energy Garibaldi Thohir, mengatakan pada tahun ini bisnis tambang batu bara masih belum cerah lantaran harga komoditas tak kunjung membaik.

Orang terkaya ke-42 di Indonesia versi majalah Forbes, dengan nilai kekayaan US$650 juta itu, menargetkan produksi batu bara tahun ini stagnan.

Emiten beraset US$6,21 miliar tersebut membidik target produksi 52 juta ton hingga 54 juta ton. Target tersebut lebih rendah 2 juta ton dari rencana kerja dan anggaran berlanja (RKAB), dan flat dari produksi tahuh lalu.

Belanja modal (Capital expenditure/Capex) yang disiapkan Adaro pada tahun ini mencapai US$75 juta hingga US$100 juta. Mayoritas belanja modal akan digunakan untuk lini bisnis pertambangan batu bara, dan sisanya bagi kelistrikan, serta logistik.

"Kelistrikkan biasanya menggunakan project financing, kami juga mengajak partner," tuturnya, Senin (22/2/2016).

Analis PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menilai ekspansi pembangunan power plant hanya dapat dilakukan oleh perusahaan besar dengan belanja modal yang tak sedikit. Emiten tambang batu bara tidak lagi dapat mengandalkan pendapatan dari batu hitam ketika harga komoditas terus melorot.

Pembangunan power plant, katanya, tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat, Sehingga, kontribusi pendapatan dari sektor kelistrikan bagi Adaro bakal terasa sekitar 3-4 tahun mendatang.

Secara bisnis, sambungnya, pertambangan batu bara memang tengah terancam. Terlebih, harga komoditas yang mengikuti terus anjloknya harga minyak mentah dunia, tidak ada yang tahu kapan bakal kembali pulih.

"Mau enggak mau Adaro harus sekuat tenaga membangun power plant. Kalau mengandalkan batu bara itu sulit, mereka harus hilirisasi, berjualan listrik," tuturnya secara terpisah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper