Bisnis.com, JAKARTA— Bloomberg Dollar Index mengemukakan saat dibuka hari ini, Rabu (2/9/2015) rupiah melemah 39 poin atau 0,28% ke Rp14.106/US$.
Rupiah kemudian menjadi melemah 0,22% ke 14.098/US$. Hingga penutupan pada hari ini, rupiah di pasar spot ditutup terdepresiasi 0,28% atau 39 poin ke level Rp14.137/US$. Sepanjang hari ini, rupiah bergerak pada level terlemah Rp14.145/US$ dan terkuat Rp14.098/US$.
Bagaimana pergerakan rupiah pada hari selanjutnya? Ikuti lajunya secara live hingga penutupan.
Kurs rupiah kian lemah dan sempat hampir menyentuh level Rp14.150 per dolar AS. Pada perdagangan hari ini, Rabu (2/9/2015), rupiah di pasar spot ditutup terdepresiasi 0,28% atau 39 poin ke level Rp14.137/US$. Sepanjang hari ini, rupiah bergerak pada level terlemah Rp14.145/US$ dan terkuat Rp14.098/US$.
Tekanan terhadap rupiah masih berlanjut hingga akhir perdagangan sesi I di bursa saham. Rupiah melemah 0,13% atau turun 18 poin ke Rp14.116 per dolar AS pada pukul 12.01 WIB.
Kurs rupiah berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) merosot 46 poin pada Rabu (2/9/2015).
Mata uang di Asia Tenggara mayoritas melemah, hanya peso Filipina yang menguat (+0,03%) dan dolar Singapura yang mampu bergerak stagnan.
Lainnya melemah, yaitu ringgit Malaysia (-1,39%), baht Thailand (-0,02%), dan rupiah melemah 0,22% ke Rp14.129/US$.
Bloomberg Dollar Index mengemukakan saat dibuka hari ini, Rabu (2/9/2015) rupiah melemah 39 poin atau 0,28% ke Rp14.106/US$.
Rupiah kemudian menjadi melemah 0,22% ke 14.098/US$.
Indeks dolar Amerika Serikat pada perdagangan pagi ini, Rabu (2/9/2015) menguat.
Indeks dolar AS seperti dikutip dari Bloomberg, pada perdagangan hari ini, Rabu (2/9/2015) dibuka menguat 0,01% ke 95,455. Pada Selasa, indeks dolar ditutup melemah 0,39% ke 95.450.
Pada pk. 07:21 WIB, indeks jadi menguat 0,12% ke 95,566, dan bergerak di kisaran 95,421—95,656.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan pasar uang saat ini tengah menyoroti isu perlambatan global, termasuk AS.
Selain data ekonomi China serta AS yang jauh dari memuaskan,ujarnya, mendorong IMF bersiap kembali memangkas proyeksi pertumbuhan global. Hal ini mengundang kepanikan, terutama di pasar saham.
“Volatilitas akan tetap tinggi paling tidak hingga FOMC meeting di minggu ke dua bulan September,” kata Rangga dalam risetnya.
NH Korindo Securities Indonesia memperkirakan kurs tengah Bank Indonesia nilai tukar rupiah atas dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu (2/9/2015) bergerak di kisaran Rp14.069—Rp14.095.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan laju rupiah tampaknya masih berada dalam bearish pattern.
“Belum adanya perlawanan dari rupiah untuk bergerak naik,” kata Reza dalam risetnya.
Pelemahan sejumlah indeks manufaktur di Asia sejak Senin (31/8/2015) yang dimotori oleh Korsel, dan berlanjut di Selasa (1/9/2015) terutama China, memberikan tekanan pada sejumlah mata uang Asia. Rupiah pun ikut terkena imbas negatifnya.
Inflasi yang cukup positif, ujarnya, tidak cukup kuat membantu laju rupiah agar tidak melemah lebih dalam.
“Tampaknya masih sulit untuk rupiah menguat, jika data-data di Asia tidak cukup membantu berbalik naiknya rupiah. Bearish masih perlu diwaspadai jika sentimen yang ada kurang positif,” kata Reza.
Rabu, indeks Dolar AS dibuka menguat 0,01% ke 95,455
Selasa, indeks dolar AS ditutup melemah 0,39% ke 95,45
Bloomberg Dollar Index mengemukakan pada Selasa (1/9/2015) rupiah ditutup melemah 31 poin atau 0,22% ke Rp14.098 per dolar AS.