Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Dia Faktor Yang Membuat Rupiah Tertekan

Bank Indonesia menilai pelemahan nilai tukar rupiah pada akhir-akhir ini berbeda dengan depresiasi rupiah pada 1998. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan pelemahan mata uang tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Menguatnya mata uang dolar mengakibatkan hampir sejumlah mata uang dunia mengalami pelemahan.
Presiden Jokowi menggelar rapat terbatas membahas beras dan rupiah, di Istana Bogor, Minggu (15/3/2015)./JIBI-Akhirul Anwar
Presiden Jokowi menggelar rapat terbatas membahas beras dan rupiah, di Istana Bogor, Minggu (15/3/2015)./JIBI-Akhirul Anwar
Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menilai pelemahan nilai tukar rupiah pada akhir-akhir ini berbeda dengan depresiasi rupiah pada 1998.
 
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan pelemahan mata uang tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Menguatnya mata uang dolar mengakibatkan hampir sejumlah mata uang dunia mengalami pelemahan.
 
"Enggak hanya Indonesia saja, mata uang Eropa, Swedia juga ikut melemah. Dulu tahun 2008 dan 1998 itu rupiah melemah pada seluruh mata uang tetapi sekarang rupiah dan sejumlah mata uang lain yang ikut melemah karena dolar yang kuat," ujarnya di Jakarta, Rabu (18/3/2015) malam.
 
Depresiasi rupiah saat ini, lanjutnya, sudah berlebihan di bawah level fundamentalnya atau under value.
 
"Kalau ditanya apakah pelemahannya sudah under value, memang iya. Mata uang kita melemahnya sebenarnya sudah berlebihan juga," kata Mirza.
 
Namun, bila dibandingkanIndonesia dengan negara lain seperti di Eropa, pertumbuhan ekonomi di Indonesia lebih baik.
 
Mirza menerangkan terdapat dua faktor yang menjadi penyebab mata uang rupiah terus tertekan yakni faktor eksternal dan internal.
 
Faktor eksternal yang membuat rupiah terdepresiasi adalah rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika The Fed tahun ini
 
Stimulus moneter sebesar 20% dari PDB Amerika atau US$3,8 triliun, lanjutnya, akan ditarik perlahan oleh Bank Sentral AS dengan menaikkan suku bunga.
 
"Saat ini suku bunganya 0,25%. Dalam tiga tahun ke depan akan naik 2,5%-3%, sementara itu suku bunga Eropa negatif, Jepang hanya nol koma sekian, China juga turun. AS ekonominya meningkat sendiri sehingga suku bunganya juga naik" ucapnya.
 
Selain itu, faktor internal yang mempengaruhi lemahnya nilai tukar rupiah yakni masih banyaknya permintaan terhadap dolar AS.
 
"Kita tahu kurs itu adalah supply and demand pasokan dan permintaan terhadap dolar. Di negara kita, kurs demand terhadap dolar lebih banyak dibandingkan supplynya," tutur Mirza.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper