Bisnis.com, JAKARTA — PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) menyiapkan anggaran belanja modal atau capital expenditure sebesar Rp75 miliar untuk 2025. Anak usaha Garuda Indonesia itu berencana melakukan sejumlah ekspansi bisnis pada tahun ini.
Direktur Utama GMFI Andi Fahrurrozi mengatakan ekspansi pada 2025 antara lain bersifat ekspansif terhadap kapasitas dan kapabilitas perseroan. Salah satunya, perseroan bakal mengembangkan kapabilitas armada Boeing 737 MAX dan Boeing 787.
"Kami memperkirakan capital ini sebesar lebih dari Rp75 miliar dan itu kami sisihkan dari profit," ujarnya dalam paparan publik, Kamis (5/6/2025).
Adapun sepanjang 2025, GMFI membidik pendapatan tahunan sebesar US$416,9 juta, dengan estimasi laba bersih mencapai US$27,1 juta. Dengan kata lain, GMFI mengejar pertumbuhan laba bersih sebesar 0,74%.
"Dengan fondasi keuangan dan operasional yang semakin kokoh, GMFI siap melanjutkan peran sebagai mitra strategis industri aviasi dan sektor lainnya, seraya terus menciptakan nilai tambah bagi pelanggan, pemegang saham, dan seluruh pemangku kepentingan," katanya.
Selain itu, rencana ekspansi GMFI juga merambah sektor pertahanan, dengan menambah kapabilitas helikopter Super Puma, Airbus, hingga pesawat jet Dassault Falcon.
Baca Juga
Tidak hanya itu, GMFI juga tengah menjalin kerja sama dengan Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB), dengan membangun Aerospace Park di Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat.
"Jadi salah satunya adalah dalam tahap pertama nanti, MRO defense dari GMF akan berpindah dari yang saat ini kita lakukan di Cibubur untuk helikopter akan berpindah ke Bandara Kertajati," ucap Andi.
Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi menuturkan Bandara Kertajati, Majalengka memiliki keunggulan lokasi dan potensi industri yang luar biasa. Pengembangan Aerospace disebut akan mendukung peningkatan daya saing industri penerbangan nasional.
Dengan adanya Kertajati Aircraft Maintenance Center (KAMC) seluas 84,2 hektare yang merupakan bagian dari kawasan Kertajati Aerocity seluas 3.480 hektare, Indonesia akan memiliki basis perawatan pesawat terintegrasi yang diharapkan mampu menekan biaya operasional dan meningkatkan efisiensi industri penerbangan.
"Ini bukan hanya pembangunan infrastruktur, tapi langkah strategis menuju transformasi industri penerbangan yang mandiri dan berkelanjutan. Kami di Kementerian Perhubungan siap mendukung penuh, termasuk dalam hal konektivitas transportasi dan penyelarasan kebijakan lintas sektor," tuturnya.