Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah RI Pertimbangkan Emisi SBN Global Denominasi Yuan & Dolar Australia

Pemerintah memilih langkah diversifikasi penerbitan SBN dalam mata uang selain dolar sebagai upaya menghindari risiko di tengah ketidakpastian global.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (keempat kanan), Wakil Menteri Anggito Abimanyu (dari kanan), Wakil Menteri Suahasil Nazara, Dirjen Pajak Bimo Wijayanto, Dirjen Bea dan Cukai Djaka Budi Utama, Wakil Menteri Thomas Djiwandono, Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Suminto Sastrosuwito, dan Dirjen Anggaran Luky Alfirman berbincang sebelum konferensi pers APBN Kita di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (23/5/2025).  / Bisnis-Arief Hermawan P.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (keempat kanan), Wakil Menteri Anggito Abimanyu (dari kanan), Wakil Menteri Suahasil Nazara, Dirjen Pajak Bimo Wijayanto, Dirjen Bea dan Cukai Djaka Budi Utama, Wakil Menteri Thomas Djiwandono, Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Suminto Sastrosuwito, dan Dirjen Anggaran Luky Alfirman berbincang sebelum konferensi pers APBN Kita di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (23/5/2025). / Bisnis-Arief Hermawan P.

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah RI akan mengambil langkah penerbitan obligasi alias surat berharga negara (SBN) global dalam mata uang selain dolar AS sebagai upaya menghindari risiko di tengah ketidakpastian global. Beberapa pertimbangan yaitu denominasi yuan China dan dolar Australia.

Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono mengungkapkan alasan rencana pemerintah menerbitkan SBN selain dolar adalah sebagai bentuk diversifikasi dari porsi SBN global berdenominasi dolar AS yang kini mendominasi. 

“[SBN selain dolar karena] diversifikasi dengan segala gonjang ganjing dunia yang tidak baik buat kita,” ujarnya usai menghadiri Rapat Paripurna di DPR, Selasa (27/5/2025). 

Thomas menyampaikan meski pemerintah menargetkan penerbitan SBN dalam yuan China atau renminbi (Dimsum Bond) dan dolar Australia (Kangaroo Bond) pada tahun ini, namun masih perlu memantau kondisi global.  

Terlebih, Thomas menyebutkan saat ini kondisi imbal hasil atau yield berubah dengan cepat. 

“Semua kita lihat kondisi lah, sekarang kan kondisi yield lagi berubah total. Kita lihat kondisi market,” lanjutnya. 

Adapun, apabila melihat perbandingan imbal hasil SBN dari Januari dengan 20 Mei 2025, untuk tenor 2 tahun menurun dari 6,96% menjadi 6,16%, sementara untuk tenor 10 tahun menurun dari 6,98% menjadi 6,84%. Sementara itu, yield US Treasury lebih tinggi dari prakiraan sejalan dengan meningkatnya risiko kesinambungan fiskal AS. 

Sebelumnya, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Suminto menjelaskan bahwa pemerintah mempertimbangkan dengan serius penerbitan Dimsum Bond dan Kangaroo Bond dalam rangka diversifikasi instrumen dan perluasan basis investor. 

Diversifikasi instrumen dan perluasan basis investor diklaim sangat diperlukan dalam mengelola portofolio utang pemerintah yang optimal, yakni meminimalkan cost of fund (biaya dana) dengan risiko yang terkendali.

Sejauh ini, penerbitan utang dalam mata uang selain rupiah telah dilakukan dalam dolar AS, yen jepang, dan euro. Dari seluruh surat utang global itu, SBN denominasi dolar AS mendominasi.  

“Diversifikasi mata uang dalam penerbitan SBN ini menjadi lebih relevan lagi dalam kondisi pasar keuangan global yang sangat dinamis saat ini, termasuk volatilitas USD,” ujar Suminto kepada Bisnis, Minggu (25/5/2025). 

Terbaru, Pemerintah RI menerbitkan obligasi global berdenominasi yen Jepang atau Samurai Bond sebesar 103,2 miliar yen pekan lalu, Jumat (23/5/2025), untuk pembiayaan APBN.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper