Bisnis.com, JAKARTA — Harga aset kripto Bitcoin kembali menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah atau all time high (ATH). Terdapat sejumlah faktor pendorong lonjakan harga Bitcoin dalam beberapa waktu terakhir.
Berdasarkan data CoinMarketCap, harga Bitcoin menyentuh US$110.827 per koin pada perdagangan hari ini, Kamis (22/5/2025). Harga Bitcoin bahkan sempat mencapai di atas level US$111.000 hari ini, setelah mengalami lonjakan lebih dari 3,5% dalam 24 jam terakhir.
Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur menilai dari sisi teknikal Bitcoin saat ini diperdagangkan di atas semua rata-rata pergerakan utama dengan indikator RSI berada di level 76,07. Data itu menunjukkan kondisi overbought, namun masih stabil. Indikator MACD juga memperkuat tren bullish, dengan level resistensi berikutnya diperkirakan di kisaran US$113.335.
“Kombinasi antara akumulasi institusional yang kuat dan terbatasnya tekanan jual dari investor jangka panjang menjadi sinyal bahwa tren naik masih memiliki landasan fundamental yang kokoh,” kata Fyqieh dalam keterangan tertulis pada Kamis (22/5/2025).
Kenaikan harga Bitcoin ditopang oleh kombinasi kuat dari arus masuk dana institusional melalui ETF spot, kemajuan regulasi kripto di AS, dan tekanan likuidasi posisi short yang masif.
Pada Selasa (21/5/2025), aliran dana ke ETF Bitcoin spot mencapai US$667 juta. Momentum itu bertepatan dengan kemajuan rancangan undang-undang (RUU) di AS yang bertujuan mengatur stablecoin, yakni RUU GENIUS Act. Aturan itu dinilai akan memberikan sinyal positif terhadap kejelasan regulasi stablecoin dan memperkuat kepercayaan terhadap adopsi aset kripto secara luas.
Perusahaan MicroStrategy juga turut berperan dalam penguatan harga, dengan catatan pembelian Bitcoin senilai US$1,34 miliar untuk menambah 13.390 BTC ke portofolionya.
Fyqieh juga mencatat bahwa sekitar 66% dari total likuidasi pasar dalam 24 jam terakhir berasal dari posisi short, dengan total nilai mencapai US$451 juta.
"Likuidasi besar-besaran dari posisi short menunjukkan bahwa banyak trader yang salah memprediksi arah pasar. Namun yang menarik, meskipun tekanan beli begitu kuat, harga tetap mampu stabil di atas US$109.000," kata Fyqieh.
Dia juga menjelaskan bahwa fenomena musiman “Sell in May and Go Away” yang kerap terjadi di pasar saham, nampaknya tidak berlaku untuk pasar kripto di tahun ini.
Salah satu alasan terkuat adalah korelasi antara harga Bitcoin dan suplai uang global (M2), yang belakangan meningkat tajam. Saat suplai uang bertambah, harga Bitcoin cenderung ikut naik, dan tren ini diperkirakan berlanjut pada Mei 2025.
Meski begitu, Fyqieh mengingatkan investor untuk tetap berhati-hati. Bagi investor jangka panjang, saat seperti ini bisa menjadi peluang untuk mengambil sebagian keuntungan, terutama jika target harga pribadi sudah tercapai. Namun, belum tentu saat ini adalah waktu terbaik untuk keluar sepenuhnya dari pasar.
Pendiri dan CEO Galaxy Digital Michael Novogratz juga menilai reli Bitcoin dalam beberapa pekan terakhir dipicu oleh teroboson regulasi, termasuk perkembangan RUU terkait stablecoin di Senat AS.
"Ini membangkitkan semangat komunitas kripto, baik di dalam maupun luar negeri,” ujar Novograts dilansir Bloomberg pada Kamis (22/5/2025).
Di tengah ketidakpastian fiskal AS yang dipicu tarik ulur anggaran dan defisit yang membengkak, Bitcoin juga kembali diposisikan sebagai aset lindung nilai. Keresahan investor kian meningkat seiring kenaikan suku bunga, penurunan nilai dolar, dan gejolak di pasar obligasi.
“Kita menghadapi kondisi yang rumit sebagai negara. Utang melonjak, bunga tinggi, kurva imbal hasil tertekan, dan dolar melemah. Semua ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi Bitcoin dan aset kripto,” kata Novogratz.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.